Rabu, 30 November 2011

sebuah kehilangan

Kenapa manusia akan merasa sakit yang mendalam ketika ia kehilangan sesuatu? Padahal harusnya setiap manusia sadar bahwasanya setiap yang datang, pasti akan pergi. Setiap yang dititipkan, pasti akan diambil kembali oleh pemiliknya. Namun, yang jadi persoalan adalah, ketidaksiapan menusia untuk menghadapi kehilangan tersebut.
Mungkin, pernah ada seseorang yang datang kedalam kehidupan kita, entah itu sebagai seorang sahabat, kakak, adik, rekan, suami, atau istri. Orang ini selalu ada setiap kali kau membutuhkannya. Barangkali ia tak pernah memberi solusi dari setiap masalahmu atau tak membantumu dalam seabrek kegiatanmu, namun dia menjadi seorang pendengar yang setia. Yang mendengarkan setiap desahan nafasmu yang berat, tangisanmu yang pilu, luapan amarahmu yang tak terbendung. Boleh jadi ia tak menatapmu dan hanya mendengarkanmu melalui telpon, mendengarkan setiap kata yang kau ucapkan tak jelas karena diselingi oleh emosi dalam hatimu  dengan sabar dan diam.
Hal itu terjadi mungkin lebih dari setahun, lebih dari 2 tahun, atau lebih dari 3 atau 4, atau 5, atau 10 tahun lamanya. Mungkin saja. Dan sangat mungkin pula kau menganggapnya biasa saja. Maksudnya kau memang menganggap dirinya istimewa, namun rutinitas itu tak membuatmu berfikir bahwa hal itu adalah suatu hal yang istimewa. Namun, ingatlah kau, bahwa sewaktu-waktu hal itu, situasi itu, orang itu, dapat berubah. Hal yang kuyakini adalah kau akan merasakan sebuah kehilangan besar. Kehilangan yang membuat dadamu sakit, tatapanmu kosong, matamu berair, dan membuatmu menjadi seorang pelamunERS.
Barangkali kita menjadi gila karenanya. Sakit berhari-hari, menangis tak henti-henti dan kegilaan lainnya. Kau akan merasa bahwa tak ada lagi yang bersedia mendengarkanmu, tak ada lagi yang akan membuatmu tersenyum karena cerita-cerita konyolnya tentang prinsip ekonomi, tentang penelitian, atau apapun tentang dia. Mungkin, kau merasa dirimu telah hancur dan sempat terucap bahwa kau tak bisa hidup tanpanya. Ia menjadi seperti zat adiktif yang membuatmu kecanduan. Ya, kau kecanduan kehadirannya. Aku yakin, sebagian orang akan merasa seperti itu.
Tapi, pernahkan kau merasakan, ketika kau benar-benar kehilangan dia dan kau sedang sakit keras sehingga tak sedikitpun kau bisa bangun dari tempat tidurmu sementara teman-temanmu sedang pergi mudik, ketika itu kau menangis sejadi-jadinya. Kau ingin berteriak namun tak sanggup, jantungmu terasa kebas, dan kau hanya bisa diam. Tak ada lagi dia, tak ada teman-temanmu, tak ada orang tuamu, tak ada satupun yang mengingatmu. Apa yang kau lakukan?
Sahabat, ada Dzat yang selalu ada untuk kita. Selalu mengawasi kita, selalu mendengar detak jantung kita, selalu tau masalah dalam hidup kita, selalu menberi hadiah-hadiah untuk kita. Namun ternyata kita tak pernah menyadarinya. Sadar, tapi mungkin terlalu munafik untuk mengingatNya. Sadar, tapi terlalu malu untuk kembali tersungkur dihadapanNya. Tak sedetikpun Ia meninggalkan kita, namun berjam-jam, berhari-hari, bulan, tahun, bahkan puluhan tahun kita telah melupakanNya, mengabaikan hak-hakNya.
Mungkin kita pernah melupakanNya dan itu merupakan sebuah KESALAHAN BESAR !
Jangan pernah lagi melupakanNya dan yakinlah, hatimu akan damai, dan barangkali Ia akan mengembalikan dia atau bahkan mengirim orang baru untuk menemani kita, bukan untuk membuat kita lupa akanNya, tapi untuk mengajari kita untuk lebih mencintaiMu.
Tuhan, kembalikan ia untukku.
Namun pisahkan aku darinya jika memang itu membuatku lalai.
Kehilanganya membuatku sakit hati dan fisik,
Namun kehilanganmu akan membuatku mati.
Tuhan, ajari kami untuk mencintai KarenaMu,
Bukan Mencintai bersamaMu sehingga membuatMu dan dirinya setara dalan tangga cintaku.

Dalam 14 drajat C kota bandung
7 november 2011, 2:51 am
Oleh Scofield A.P

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar