Gue
mengayunkan diri. Seperti biasa, siang itu matahari terlihat cerah sekali,
bahkan lebih cerah daripada biasanya. Efeknya, aspal pun menjadi seperti
panasnya batu bara yang sedang dibakar. gue tau, hari ini pemilik gue harus
kuliah dan ia hampir telat. Maka ia
mengayunkan gue dengan sangat cepat. Namun tiba-tiba ia berhenti. Gue ga bisa
memandang keatas dan melihat pemilik gue , tapi gue bisa melihat di bawah dan
tentu saja mendengar. Biasanya pemilik gue ini sering bertemu dengan temannya
dan kalo bertemu, mereka mengucapkan salam lalu mengobrol sebentar. Kali ini ia berhenti dan gue ga mendengar suara apapun,
maksud gue percakapan ia dengan temannya. Gue juga tau ini bukan di kampus,
kantin, mushola, sekre, atau tempat-tempat yang sering dikunjungi pemilik gue.
Ini di pinggir gang. Dan gue ga tau pemilik gue sedang apa dipinggir gang
seperti ini. Lalu gue mendengar ada yang menyapanya :
“ cie
mau daftar BEM REMA”
Gue ga
tau itu siapa. Gue Cuma inget beberapa suara yang sering berkomunikasi saja
dengan pemilik gue dan suara pemilik gue, tentu saja.
“Cuma
ngebaca aja”, kata pemilik gue
Tak
berapa lama, pemilik gue berlari dan gue juga harus mengayunkan diri dengan
sangat cepat. Selalu seperti ini, ga mau telat, tapi datang selalu mepet. Gue
yang jadi korban karna harus berkejaran dengan waktu. Ia memperlambat
langkahnya dan gue bisa melihat kaki-kaki kursi itu. gue tau ia sudah di kelas.
Pemilik gue akan melakukan sesuatu yang ia sebut dengan kuliah. Biasanya gue
tidur ketika ia sedang kuliah. Hitung-hitung istirahat, karna gue tau, setelah
ini ia pasti kembali membawa gue kesana kemari. Boleh dibilang hampir setiap
hari gue keluar dengan udara yang masih sangat dingin, aspalnya juga masih
dingin dan pulang ketika udara dingin lagi dengan jalanan yang sudah gelap
sehingga tak jarang gue terantuk. Gue aja yang terbuat dari karet merasa cape, masa sich pemilik gue ga cape.
Padahal tulangnya kan terbuat dari.... dari apa ya gue juga ga tau.
Beberapa
hari setelah itu, pemilik gue ngajak gue untuk pergi lagi ke kampusnya. Namun
tempat ini agak jauh dari tempat tinggal kami. Tempat ini banyak motornya, dan
suara adzan terdengar dengan jelas. Gue pernah kesini, namun jarang. Biasanya
kalau kesini juga gue loncat loncat sampai kelantai 3 disebuah tempat sempit
yang pemilik gue beri nama ‘sekre HMK’. Tapi kali ini pemilik gue hanya
dilantai satu dan tak jauh dari daun
pintu gedung ini. Ia mulai mengobrol dengan orang-orang yang ia temui. Setelah
itu, ia mulai ditanya oleh seseorang yang sepertinya sudah akrab dengannya.
Agak menarik buat gue bahwa dari nada bicaranya mereka terlihat akrab, tapi
pertanyaanya agak aneh untuk sebuah obrolan. Pertanyaannya apa aja? Gue ga
inget semua. Cuma gue inget bahwa pemilik gue ditanya soal isu pendidikan,
tentang definisi semangat, dan berminat di kementrian apa. Gue ga tau apa itu
kementrian. Yang gue tau, pemilik gue mejawab ‘kominfo’ dan ‘PSDO’.
Hari
ini gue sedih. Loe ga perlu nanya kenapa karna gue bakal cerita sama loe. Gue
sedih karna pemilik gue sedih. gue udah
bersamanya selama 2 tahun dan Gue tau itu dari nada bicaranya. Gue mendengar
ada suara kesedihan saat ia bicara dengan temannya kemarin siang. Kurang lebih
seperti inilah percakapan mereka :
“ kak Acha dapet SMS dari BEM REMA?” kata temen
pemilik gue yang ga gue tau
“SMS
apa? Ga dapet SMS apa-apa”
“SMS
diterima jadi pengurus BEM REMA. Si Isti udah dapet katanya”
“Wah
Acha ga dapet”
Ada
nada kaget dan sedih dari suaranya. Ia lalu menelpon seorang kakak tingkat yang
dulu cukup akrab dengannya dan menanyakan hal itu. Sampai hari ini –keesokan
harinya- ia masih terlihat galau dan resah sampai gue mendengar ia berkata pada
temannya “ ya gapapa lah, mungkin belum rezeki masuk ke BEM REMA”
Tapi
sejam kemudian aku diajaknya
loncat-loncat kegirangan. Saat itu ia menerima
SMS yang mungkin berisikan penerimaan di BEM REMA. Aku tau dari
percakapannya dengan temannya, “ Acha keterima di BEM REMA. Tapi pelantikannya 5 jam lagi. Katanya kemaren ga di hubungi
karna salah nomor”
Gue
memang ga akan mungkin bisa tau seperti apa perasaan pemilik gue. Cuma gue
selalu berjuang bersamanya, selalu pergi bersamanya, selalu berkejaran waktu
dengannya. Gue rasa itu udah cukup untuk menggambarkan suasana hati pemilik
gue. Gue tau saat ini –saat ia tau ia di terima di BEM REMA UPI- ia merasa
sangat senang, ada nada bangga dan suaranya sedikit terdengar parau. Bagi gue
kesenangannya adalah kesenangan gue juga dan meski gue harus melindungi kakinya dari panasnya aspal lebih keras, gue akan tetap menemaninya.
Selalu, seperti yang sering ia katakan “ berikan yang terbaik dan bukan ingin
menjadi yang terbaik”
Ditulis 5 jam dari batas maximal dalam waktu 30 menit.
0 komentar:
Posting Komentar