Minggu, 12 Agustus 2012

tubuh karet yang ikut berjuang


                Gue mengayunkan diri. Seperti biasa, siang itu matahari terlihat cerah sekali, bahkan lebih cerah daripada biasanya. Efeknya, aspal pun menjadi seperti panasnya batu bara yang sedang dibakar. gue tau, hari ini pemilik gue harus kuliah dan ia hampir  telat. Maka ia mengayunkan gue dengan sangat cepat. Namun tiba-tiba ia berhenti. Gue ga bisa memandang keatas dan melihat pemilik gue , tapi gue bisa melihat di bawah dan tentu saja mendengar. Biasanya pemilik gue ini sering bertemu dengan temannya dan kalo bertemu, mereka mengucapkan salam lalu mengobrol sebentar. Kali ini  ia berhenti dan gue ga mendengar suara apapun, maksud gue percakapan ia dengan temannya. Gue juga tau ini bukan di kampus, kantin, mushola, sekre, atau tempat-tempat yang sering dikunjungi pemilik gue. Ini di pinggir gang. Dan gue ga tau pemilik gue sedang apa dipinggir gang seperti ini. Lalu gue mendengar ada yang menyapanya :
                “ cie mau daftar BEM REMA”
                Gue ga tau itu siapa. Gue Cuma inget beberapa suara yang sering berkomunikasi saja dengan pemilik gue dan suara pemilik gue, tentu saja.
                “Cuma ngebaca aja”, kata pemilik gue
                Tak berapa lama, pemilik gue berlari dan gue juga harus mengayunkan diri dengan sangat cepat. Selalu seperti ini, ga mau telat, tapi datang selalu mepet. Gue yang jadi korban karna harus berkejaran dengan waktu. Ia memperlambat langkahnya dan gue bisa melihat kaki-kaki kursi itu. gue tau ia sudah di kelas. Pemilik gue akan melakukan sesuatu yang ia sebut dengan kuliah. Biasanya gue tidur ketika ia sedang kuliah. Hitung-hitung istirahat, karna gue tau, setelah ini ia pasti kembali membawa gue kesana kemari. Boleh dibilang hampir setiap hari gue keluar dengan udara yang masih sangat dingin, aspalnya juga masih dingin dan pulang ketika udara dingin lagi dengan jalanan yang sudah gelap sehingga tak jarang gue terantuk. Gue aja yang terbuat dari karet  merasa cape, masa sich pemilik gue ga cape. Padahal tulangnya kan terbuat dari.... dari apa ya gue juga ga tau.
                Beberapa hari setelah itu, pemilik gue ngajak gue untuk pergi lagi ke kampusnya. Namun tempat ini agak jauh dari tempat tinggal kami. Tempat ini banyak motornya, dan suara adzan terdengar dengan jelas. Gue pernah kesini, namun jarang. Biasanya kalau kesini juga gue loncat loncat sampai kelantai 3 disebuah tempat sempit yang pemilik gue beri nama ‘sekre HMK’. Tapi kali ini pemilik gue hanya dilantai satu dan tak  jauh dari daun pintu gedung ini. Ia mulai mengobrol dengan orang-orang yang ia temui. Setelah itu, ia mulai ditanya oleh seseorang yang sepertinya sudah akrab dengannya. Agak menarik buat gue bahwa dari nada bicaranya mereka terlihat akrab, tapi pertanyaanya agak aneh untuk sebuah obrolan. Pertanyaannya apa aja? Gue ga inget semua. Cuma gue inget bahwa pemilik gue ditanya soal isu pendidikan, tentang definisi semangat, dan berminat di kementrian apa. Gue ga tau apa itu kementrian. Yang gue tau, pemilik gue mejawab ‘kominfo’ dan ‘PSDO’.
                Hari ini gue sedih. Loe ga perlu nanya kenapa karna gue bakal cerita sama loe. Gue sedih karna  pemilik gue sedih. gue udah bersamanya selama 2 tahun dan Gue tau itu dari nada bicaranya. Gue mendengar ada suara kesedihan saat ia bicara dengan temannya kemarin siang. Kurang lebih seperti inilah percakapan mereka :
                  kak Acha dapet SMS dari BEM REMA?” kata temen pemilik gue yang ga gue tau
                “SMS apa? Ga dapet SMS apa-apa”
                “SMS diterima jadi pengurus BEM REMA. Si Isti udah dapet katanya”
                “Wah Acha ga dapet”
                Ada nada kaget dan sedih dari suaranya. Ia lalu menelpon seorang kakak tingkat yang dulu cukup akrab dengannya dan menanyakan hal itu. Sampai hari ini –keesokan harinya- ia masih terlihat galau dan resah sampai gue mendengar ia berkata pada temannya “ ya gapapa lah, mungkin belum rezeki masuk ke BEM REMA”
                Tapi sejam  kemudian aku diajaknya loncat-loncat kegirangan. Saat itu ia menerima  SMS yang mungkin berisikan penerimaan di BEM REMA. Aku tau dari percakapannya dengan temannya, “ Acha keterima di BEM REMA. Tapi pelantikannya  5 jam lagi. Katanya kemaren ga di hubungi karna salah nomor”
                Gue memang ga akan mungkin bisa tau seperti apa perasaan pemilik gue. Cuma gue selalu berjuang bersamanya, selalu pergi bersamanya, selalu berkejaran waktu dengannya. Gue rasa itu udah cukup untuk menggambarkan suasana hati pemilik gue. Gue tau saat ini –saat ia tau ia di terima di BEM REMA UPI- ia merasa sangat senang, ada nada bangga dan suaranya sedikit terdengar parau. Bagi gue kesenangannya adalah kesenangan gue juga dan meski gue harus  melindungi kakinya dari panasnya aspal  lebih keras, gue akan tetap menemaninya. Selalu, seperti yang sering ia katakan “ berikan yang terbaik dan bukan ingin menjadi yang terbaik”

Ditulis 5 jam dari batas maximal dalam waktu 30 menit.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar