Musim
ujian adalah musim stres para mahasiswa. Bukan hanya untuk mahasiswa yang malas
dan galau, tapi juga untuk mahasiswa yang pinter. Bagi mahasiswa yang malas,
ini adalah azab, karna sebagian dari mereka hanya belajar ketika akan ujian.
Artinya, keseharian yang biasa dilewati dengan tidur, nonton pelem, baca komik,
atau sekedar genjrang-genjreng dengan gitar, untuk sementara ditinggal dulu
karna harus belajar. Bagi mahasiswa yang galau, ini adalah musibah karna belajar
dengan kondisi galau justru akan memperpanjang masa dan massa kegalauan. Karna,
masalah gak selesai, materi gak masuk-masuk dikepala. Nah, untuk para mahasiswa
pinter, musim ujian juga merupakan pemicu stres. Stres takut IP turun, stres
takut cuma dapet nilai B(apalagi C,D,E). Yaaa begitulah menurut pengamatan gue
selama ini.
3
tahun sudah gue makan bangku kuliah(ini cuma majas ya, ga gue makan beneran mau
laper kayak gimanapun). Suka duka perkuliahan udah banyak yang gue rasain.
Mulai dari dapet nilai bagus sampe nilai jelek, kerasa semuanya. Ujian yang
susah sampe ujian susah sekali(ceritanya ga ada yang gampang) pernah gue
kerjain. Nah, karna itulah gue buat tulisan ini. Prinsip-prinsip yang ada ini
mungkin hanya versi gue karna ini pun menurut pengamatan gue selama jadi
mahasiswa. Inilah 4 prinsip mahasiswa ketika ujian ala gue :
Pertama,
prinsip “yang penting ngisi daripada ga sama sekali”.
Untuk tipe mahasiswa yang memegang prinsip ini, mereka mengedepannkan kertas
yang terisi daripada kosong walaupun tau apa yang dijawab tidak ada
kena-mengena dengan soal. Gue yakin untuk tipe pertama ini juga memegang
prinsip “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”. Kadang prinsip itu
disalahgunakan untuk sebuah pembenaran yang menjadikan terlambat sebagai salah
satu budaya yang termasyur di negara kita tercinta ini. Well, kembali ketopik.
Biasanya, doi ini pemalu. Ya, malu kalo pas ngumpulin kertas ujian kedosen tapi
kertasnya kosong, malu ketahuan ga belajar, makannya orang tipe pertama ini
membuat sang kertas ujian sedikit cantik meski ketika diperiksa jawabannya
salah semua.
Kedua,
prinsip “yang penting panjang terlepas nyambung
atau enggak”. Penganut prinsip ini biasanya adalah tipe orang yang ga
mudah putus asa. Kenapa? Karna orang dengan tipe kedua ini sebenarnya banyak belajar,
namun apa yang dipelajari ga ada yang keluar diujian. Hasilnya, karna merasa
tau namun ga ada yang diujikan, ia pun menuliskan semua yang ia tau(dengan
topik yang sama) meski sadar sepenuhnya bahwa apa yang ditanya sebenarnya bukan
itu. Tipe kedua ini mirip dengan tipe pertama namun tetap berbeda dari tipe
pertama. Kalau tipe pertama jelas jawabnya ngasal. Tapi kalo tipe kedua ini,
yaahh setopik lah. Ada lagi kasus kedua untuk pengenut prinsip kedua ini, yaitu
untuk memenuhi kertas.what? fenomena apa ini? Ya, itulah yang terjadi
berdasarkan survey gue. Untuk kasus kedua ini, si doi ngejawab dengan benar,
namun entah karna ga pede atau pengen terlihat lebih keren meski ga nyambung,
jawaban di tambah-tambah dengan ya itu tadi, menambahkan semua yang ia tau pada
kertas jawaban.
Ketiga,
prinsip “jawab apa yang ditanya”. jika lo
menganut prinsip ini, gue duga lo orang yang pendiem abis en ga banyak cerita.
Ga suka mengarang bebas, dan apa adanya. Untuk tipe yang ketiga ini biasanya
menjawab apa adanya sesuai yang ditanyakan. Tidak menambah-nambah. Namun ada 3
faktor pula kenapa ga nambah-nambah jawaban. Pertama karna memang tau sedikit
alias cuma tau apa yang ditanyakan, yang kedua emang males n memegang teguh
pendirian “ yang ditanyain kan A, kenapa gue mesti jabarin ampe Z” dan yang
ketiga karna ga mau ngarang bebas sehingga terbongkarlah kedoknya oleh dosen
bahwa ia hanya mengarang indah saja. Mungkin menurut tipe ketiga ini, sama aja
dengan buka aib.ga tau tapi pura-pura tau. Jadi, mahasiswa dengan tipe ketiga
ini biasanya ga ngisi jawaban kalo ga tau dan seringkali menyimpan dendam(yang
ini bahasanya diperlebay) dengan tipe kedua. Tipe kedua dan ketiga ini tidak
pernah berjalan beriringan karna tipe kedua selalu membuat minder tipe ketiga.
Keempat
dan yang terakhir adalah orang-orang yang punya kepasrahan tingkat dewa namun
tingkat rasa malu yang rendah. Ya, prinsipnya adalah ‘pasrah’.
Mereka yang termasuk golongan ini tidak banyak omong. Tau ya dijawab, ga pun ya
ga diisi. Hampir sama dengan tipe ketiga, namun beda motif. Kalo tipe ketiga ga
menjawab karna alasan 3 faktor yang di atas, kalo tipe keempat ini ga ngisi
karna ga tau apa yang mau diisi, bahkan ngarang sekalipun ga punya bayangan. Biasanya
tipe keempat ini sering keluar duluan karna berfikir “ seribu tahun dikelas
juga kalo ga tau en ga punya bayangan, ya ga akan bisa.”
Tulisan
ini gue buat berdasarkan pengamatan gue setelah berpuluh-puluh kali mengikuti
ujian. dan biasanya nih saat ujian orang-orang yang memilih salah satu dari 4
prinsip diatas mengalami kejadian seperti ini (kurang lebih lah) :
Menit
pertama : kertas jawaban dibagikan
Menit
ke satu setengah : nulis nama, NIM, mata kuliah, nama dosen, dan tanggal ujian.
Beberapa menambahkan “Bismillah” juga
dipaling atas, biar kalopun ga bisa jawab, tetep dapet berkahnya.
Menit
kedua : baca petunjuk umum. Biasanya petunjukknya kayak gini nih :
1. Gunakan
Pulpen untuk menjawab soal.
2. Nomor
boleh diacak, kerjakan soal dari mulai yang menurut anda paling mudah.
3. Segala
bentuk kecurangan tidak diizinkan.
Sebagai mahasiswa yang baik, tentunya akan mematuhi semua petunjuk yang ada.
Dimulai dari petunjuk pertama. Tentu saja mahasiswa punya pulpen. Kalau ga
punya, kalang kabut cari pinjeman. Tambah keringetan kalo temen disebelahnya
bilang “cuma punya satu” dan bodohnya baru sadar ga punya pulpen saat mau mulai
ujian. Lalu petunjuk ke dua. udah mulai gemeteran. Soal 1-3 lewat. Soal 4-6
lewat juga. pada Soal 7-10 udah
kejang-kejang dan keluar busa dari mulut. Apa-apaan ini. Katanya ‘kerjakan soal
dari yang paling mudah’ tapi kenapa ga ada soal yang mudah????
Menit kelima : tidur karna putus asa.
Menit ke-60 : bangun dan panik.
Menit ke-61 : ngerjain soal.
Menit ke-70 : liat kiri kertasnya penuh, liat kanan
banyak rumusnya, liat depan udah nutup pulpen n beberes siap-siap keluar
ruangan. Shock. Mau pura-pura pingsan ga bisa, pura-pura dipanggil dekan juga
ga bisa. Akhirnya memilih 1 dari 4 tipe prinsip mahasiswa di atas.
Menit selanjutnya sungguh menyedihkan sehingga
rasanya tak pantas jika di publish disini.
Nah,
sekarang pertanyaannya adalah, lo termasuk tipe keberapa nich? Satu,dua,tiga,
empat, atau kombinasi ? beberapa waktu yang lalu gue ujian. Disana pak dosen
berkata : “kerjakan secara singkat, jelas dan padat. Jawab apa yang ditanya
saja. Tulis dilembar soal nya langsung, kalau ga cukup di balik halamannnya,
kalo ga cukup juga bisa dipastikan jawaban anda salah” Jleb, gue suka banget
nich kata-kata si bapak. Bener banget. Tapi memang dosen itu tipenya
macem-macem. Ada yang suka jawaban yang detail dan panjang, ada pula suka yang
simpel tapi ngena dengan apa yang ditanya. pantas saja ada sebuah kalimat yang
sempet gue baca disalah satu situs para mahasiswa, bunyi nya kurang lebih
seperti ini “ untuk mendapatkan nilai
yang baik, mahasiswa tingkat satu menghapal materi kuliah, dan mahasiswa senior
menghapal kebiasaan dosen”.
Benarkah
sekarang ilmu dan nilai adalah dua arah yang berbeda? Terserah lo mau jawab
apa.
Terakhir
dari gue, gue cuma mau pesen satu hal. “gagal itu boleh, namanya juga manusia.
Namun yang tidak boleh itu adalah menyerah. Karna dengan menyerah, kita bukan
lagi seorang manusia seutuhnya”
Scofield A. Acha
19 june 2012
05:14 p.m

4 komentar:
bener banget ka
dulu saya termasuk tipe ketiga
ya jawabnya ga usah panjang2 kali
gimana kalo dosennya udah keburu males baca
tapi meskipun jurusan kimia bukan sastra, anak2nya jago banget bikin cerita kalo lagi ujian (udah jadi cerbung kali kalo di majalah mah)
kalo saya biar keliatan panjang juga ya tulisannya aja ukuran 24 dengan spasi 2
haha
hahahahahahahahahaha...... lucu2... maksh udah komen.harus komen trus yaaa.hahah
saya nomer empat,he...
nikoooooo.... nuhuuunnn :)
Posting Komentar