Senin, 25 Februari 2013

Surat Untuk Alam




Pohon,
Aku melewatimu setiap hari. Di jalan yang sama menuju tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Bisakah kau bisikan padanya bahwa aku merindukannya? Ini sebuah titipan rindu dariku.

Angin,
Engkau bergerak sangat cepat sekali. Bahkan lebih cepat daripada pelari atau kuda paling cepat sedunia sekalipun. Maukah kau membantuku untuk menyampaikan desahan kekhawatiranku padanya? Dan sampaikan juga padanya bahwa aku menunggunya disini, ditempat yang mudah untuk ia temui.

Laut,
Dirimu besar sekali, membentang luas di bumi Allah, memisahkan jarakku dengan dirinya. Kumohon kecilkan riakmu agar aku ataupun dirinya berhasil menyebrangimu dan bertemu kembali di dunia nyata.

Air,
Engkau sungguh jernih hingga aku dapat melihat diriku di dalam dirimu. Air, jika suatu saat aku merindukannya, dapatkah kau menolongku? Menggambarkan dirinya dalam dirimu? Sekali saja, kumohon.

Tanah,
Engkau dipijaki olehnya tempat tinggalnya. Maukah kau membantuku menjaga agar ia tak jatuh karna guncanganmu atau karna dirimu yang tak rata.

Tanah, air, laut, pohon, dan angin, tolong bantu aku menjaga dirinya dimanapun ia berada. Aku sudah berdoa pada Tuhanku Allah agar terus menjaganya dimanapun ia dan dalam kondisi apapun. Jika memang Allah menghendaki ia terluka melalui kalian, maka janganlah kalian terlalu keras menghukumnya karna hal itu akan mambuatku sedih.

Surat Untuk Alam




Pohon,
Aku melewatimu setiap hari. Di jalan yang sama menuju tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Bisakah kau bisikan padanya bahwa aku merindukannya? Ini sebuah titipan rindu dariku.

Angin,
Engkau bergerak sangat cepat sekali. Bahkan lebih cepat daripada pelari atau kuda paling cepat sedunia sekalipun. Maukah kau membantuku untuk menyampaikan desahan kekhawatiranku padanya? Dan sampaikan juga padanya bahwa aku menunggunya disini, ditempat yang mudah untuk ia temui.

Laut,
Dirimu besar sekali, membentang luas di bumi Allah, memisahkan jarakku dengan dirinya. Kumohon kecilkan riakmu agar aku ataupun dirinya berhasil menyebrangimu dan bertemu kembali di dunia nyata.

Air,
Engkau sungguh jernih hingga aku dapat melihat diriku di dalam dirimu. Air, jika suatu saat aku merindukannya, dapatkah kau menolongku? Menggambarkan dirinya dalam dirimu? Sekali saja, kumohon.

Tanah,
Engkau dipijaki olehnya tempat tinggalnya. Maukah kau membantuku menjaga agar ia tak jatuh karna guncanganmu atau karna dirimu yang tak rata.

Tanah, air, laut, pohon, dan angin, tolong bantu aku menjaga dirinya dimanapun ia berada. Aku sudah berdoa pada Tuhanku Allah agar terus menjaganya dimanapun ia dan dalam kondisi apapun. Jika memang Allah menghendaki ia terluka melalui kalian, maka janganlah kalian terlalu keras menghukumnya karna hal itu akan mambuatku sedih.

Kamis, 21 Februari 2013

5 Hari Mengikat Makna


Setiap orang pasti punya jagoannya sendiri. Siapa yang dimaksud jagoan itu? Adalah orang yang selalu memberi inspirasi dalam hidup. Bukan hanya inspirasi, melainkan juga orang yang juga selalu dapat diandalkan. Orang itu bisa siapa saja. Bisa ayah,ibu, kakak, sahabat, kakak tingkat, adik tingkat, dosen atau guru, dan siapapun yang berada disekeliling kita, punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang itu.
                Acha pun punya jagoan itu. Namanya Astrie Pusphita, sarjana Teknik Industri. Dan dia adalah kakak perempuan satu-satunya yang acha punya. Jika ingin menggambarkan dirinya dalam 2 kata saja, acha akan berkata ‘ perfeksionis, dan multitalent’.
                Mbak Astrie, -begitu panggilannya- adalah orang yang begitu tangguh. Mungkin mbak astrie bukan aktivis kampus yang selalu sibuk dengan seabrek kegiatan, namun apa yang telah ia mulai, selalu ia akhiri.
                Sebelum acha ke bandung, ada kata-kata yang tak akan pernah acha lupakan. “acha sudah memutuskan untuk kuliah jauh dari keluarga, maka acha juga harus siap dengan segala konsekuensinya”. Sampai jika acha mengeluhkan kuliah yang berat, mbak selalu berkata “ selesaikan apa yang sudah acha mulai, itulah tanggung jawab”
                Nah, lebaran kemarin (2012), kami terancam tidak bisa bertemu karna beberapa hal. Salah satunya karena abang (suami mbak astrie) ga dapet cuti untuk pulang ke ke rumah. Namun, memang selalu saja ada jalan untuk 2 hati yang merindu. Acha, untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah mbak yang berada di Prayun.
                Rumah mbak memang tidak besar, namun sangat nyaman dan rapih. Segala barang-barang ditata dengan sangat rapih, dan yang terpenting adalah keceriaan yang ada di dalam rumah hijau mungil itu.
                Mbak dan abang menjamu kedatangan acha dengan sangat luar biasa. Di ajak keliling-keliling kota. Ke balai, ke tanjung batu yang jaraknya jauuuh hanya untuk duduk di mesjid, atau ke sawang (fendy Fashion) yang begitu mbak banggakan. Mbak dan abang tinggal di kampung. Bahkan untuk sampai kesana saja harus 3 kali naik kapal dari tanjunguban. Namun itu tidak membuat acha menjadi ingin cepat pulang. Justru acha ingin berlama-lama di sana dan bahkan berencana membeli tanah untuk dibangun rumah tempat tinggal acha nantinya.
                Di rumah mbak acha banyak belajar. Mbak memang cerewat, tapi tak kasar. Saat mbak masak, acha pengen bantu, lalu mbak bilang
                “udah sama mbak aja, acha lama dan g rapi motongnya, ketebelan”.
                 “mama juga ga boleh acha masak, katanya takut pisaunya kena tangan. Kalo gitu kapan acha bisanya”. Setelah mendengar acha bilang gitu, mbak lalu bilang “ ya udah, motongnya kayak gini, miring, jangan kepanjangan, jangan ketebelan, dan jangan lama”. Ya, mbak memang seperti itu. Selalu ingin semuanya sempurna.
                Sambil masak mbak bercerita,lebih tepatnya menasehati, “ acha udah besar, harus bisa pekerjaan rumah. Nanti kalu udah nikah gimana rumahnya? Gimana mau masak untuk suami dan anak-anak?. Banyak aktivis-aktivis yang sibuk di luar, tapi di rumah ga bisa apa-apa. Mau jadi apapun, kita ini perempuan, harus bisa pekerjaan-pekerjaan rumah. Memangnya mau nanti rumahnya berantakan? Harus peka. Kepekaan itu harus dilatih. Bukan alasan kalo bilang kita bukan tipe orang yang peka.”
                 Begitu lah mbak astrie. Bahkan pada suatu pagi mbak nyuruh acha untuk beberes ruang tamu dan ruang keluarga. Ya meski ada beberapa hal yang mungkin tidak sesuai dengan hasil yang diharapkannya, mbak tetap memberitahu dimana kekuragannya. Jadi ini seperti tes kepekaan.
                Tak hanya itu, di rumah mbak acha seperti mengikuti dauroh pra-nikah. Dan ini benar-benar langsung melihat contohnya. Misalnya saat mbak sudah di dapur ba’da subuh untuk menyiapkan sarapan dan bekal Fatih -Anaknya-. Ada hal-hal yang ga akan pernah acha lupakan. Saat mbak mengambilkan Fatih sarapan misalnya. Porsinya tidak terlalu banyak, tapi sekedar cukup. Bahkan ketika fatih bilang ingin tambah mbak bilang “kalau sarapan ga boleh terlalu banyak sayang. Nanti fatih kekenyangan, kalo kekenyangan nanti ngantuk. Kalau ngantuk ga fokus belajar”. Begitu pula saat melihat mbak memasukkan makanan ke tempat bekal Fatih. Komposisi karbohidrat, protein, dan vitamin tak luput dari perhitungan mbak.
                Acha juga melihat dan mendengar nasehat-nasehat mbak untuk Fatih sebelum Fatih pergi sekolah. Sembari menyisiri rambut hitam fatih mbak berkata : “Nanti jangan minta-minta disekolah. Kalau orang kasi, ambil dan bilang makasih. Kalo Fatih pengen, bilang bunda, nanti kita beli ya nak.” Begitu terus nasehat mbak setiap hari.
                Mbak juga mengajari Fatih dan Faatiha menutup aurat sejak kecil. Saat teman-teman Fatih memakai  seragam celana pendek, mbak membuat celana panjang untuk fatih. Saat ditanya mbak bilang “ meskipun masih TK, harus dibiasakan menutup aurat kan?” begitu pula dengan Faatiha yang kini umurnya belum sampai 2 tahun namun kemana-mana selalu dipakaikan jilbab.
                Lalu bagaimana dengan suami? Yang acha liat, sekalipun mbak belum makan dari pagi, mbak tetep nunggu abang pulang kerja untuk makan bersama. Bagaimana mbak selalu menghantar abang pergi kerja sampai depan pintu. Aaahhh, pemandangan yang akan membuat akhwat-akhwat single teriak histeris.
                Dengan lima hari saja mbak sudah buat acha belajar banyak. Dari dulu memang selalu begitu. Mbak ga pernah memojokkan dan selalu membuat acha merasa sangat nyaman. Berantem? Ya pernah lah ! mbak juga manusia yang tak jarang menyebalkan, tapi bijaknya lebih banyak.

Tutur katanya tak sehalus sutra, namun syarat akan hikmah...
Rangkaian katanya tak selalu indah, namun bijak menjadi syarat dalam menasehati...
Nadanya tak selalu rendah, namun selalu menyejukkan hati...
Sungguh sangat bahagia, dilahirkan dalam rahim yang sama dengan dirinya...
Bagi ku, dia itu orang tua,
Kakak,
Orang yang menginspirasi,
Pemimpin,
Murabbi,
Dan sahabat...
Merangkap menjadi satu menjadi makhluk bernama Astri Pusphita.
I love u coz Allah, I Love u coz U are my Dear

Terima kasih sudah menjadi kakak acha,
Dan terima kasih sudah menjadi kakak terbaik yang pernah ada.
Pondok Pitaloka Bandung, 21 Feb. 13
Scofield A.A



Aku Belajar Banyak Dari Hujan


Aku belajar banyak dari hujan...
Yang selalu banyak memberi meski kita sendiri tak pernah mengirim apapun untknya di atas...
Aku belajar dari hujan...
Dengan kehadirannya selalu membuat kita belajar siaga...
Aku belajar banyak dari hujan...
Kehadiran tak terduganya terkadang membuat dan memaksa kita untuk bersilaturahin dengan orang2 yang kadang mungkin ketika hari cerah hanya sempat kita sapa dari jauh.
Aku belajar banyak dari hujan...
Suaranya saja sudah membawa kedamaian.
Kita perlu menjadi sosok seperti hujan. Yang sealu memberi walaupun tak pernah menerima apapun. Kita harus menjadi seperti hujan, yang dengan kehadiran kita membuat orang lain bersiaga. Bukan ditakuti sosoknya, melainkan karna pengaruh yang kita berikan. Kita wajib menjadi seperti hujan, yang menengahi persaudaraan manusia yang buruk atau rusak. Kitalah hujan, yang hanya dengan suara saja mampu menaklukkan dunia.

Hujan bukanlah sebuah lambang tidur, lambang bermalas-malasan, lambang becek, basah dan air. Hujan lebih hebat dari semua itu, jika kita pintar untuk mengambil pelajaran darinya..