Judul : Harmoni – Cinta yang Hitam-Putih
Penulis : Wulan Dewatra & Ollie
Penerbit : GagasMedia
Genre : Fiksi, Romance
Jumlah Halaman : 276
Tahun Terbit : 2012
ISBN(13) : 979-979-780-559-3
SIDE A : Coelho & Us by Ollie
“Aku pernah mencintaimu dan setuju bahwa saat itu adalah salah satu saat yang terbaik sepanjang hidupku. Tapi sekarang, aku ingin melanjutkan perjalananku. Aku yakin sekali, banyak wanita cantik menunggu untuk mendapatkanmu. Aku tak ingin berada ditengah-tengah dan menghalangi”
-Lili-
“orang cenderung membuat batasan untuk dirinya sendiri. Canggung dan tidak nyaman dengan ‘orang asing’. Padahal semua orang di dunia ini awalnya asing bagi kita. Maka kita berkenalan agar menjadi tahu dan tidak asing lagi”
-Ryan-
Ryan adalah seorang laki-laki yang tidak mencintai kegiatan membaca bahkan membenci buku. Suatu hari ia pergi kesebuah kafe baca dengan alasan bahwa tempat itu merupakan satu-satunya tempat yang belum pernah ia kujungi bersama mantan pacarnya. Malam itu saat duduk dan menikmati minumannya, matanya tertarik pada seorang wanita cantik. Ialah Lili sang pecinta buku dan pemuja Paulo Coelho.
“Buku mungkin tidak bernyawa tapi kata-kata didalamnya bisa menyentuh dirimu sedemikian rupa hingga mungkin kehadirannya lebih baik daripada makhluk bernyawa sekalipun,” Ujar Lili
Buku The Alchemist milik Lili yang tertinggal direstoran membuat mereka semakin dekat. Ryan mulai membiasakan diri membaca buku meski hal ini tak mudah untukknya. Namun saat mereka semakin dekat, Javier –seseorang yang pernah mengisi hati Lili- kembali lagi. Menawarkan kehidupan yang dulu. Pergi ke toko buku bersama, diskusi berjam-jam tentang sebuah buku bersamanya. Akankah Lili kembali dengan orang yang mempunyai passion yang sama dengannya? Bagaimana dengan Ryan? Mampukah ia bertahan mengikuti rytme kehidupan Lili yang dipenuhi buku sementara ia membencinya?
Dari judul kita bisa melihat bahwa Ollie adalah seorang pecinta Paulo Coelho. Ollie menggunakan kata ganti orang ketiga dengan alur maju. Buku ini memberikan banyak pengetahuan tentang dunia kepenulisan. Surga bagi mereka yang mencintai buku seperti Lili. Ollie mengerahkan segenap cintanya untuk membuat orang mencintai dan ingin memiliki buku-buku Paulo Coelho.
Kekurangan dari cerita ini adalah ceritanya terlalu biasa. Klasik. Tidak terlalu greget dan cukup mudah untuk ditebak. Namun, Ollie memadukan kisah Lili dan Ryan dengan semangat-semngat dalam mencapai sebuah impian, juga tentang passionnya sendiri. Itulah yang membuat cerita ini sedikit berbeda.
SIDE B : Sang Angkuli by Wulan Dewatra
“Rumah adalah tempat orang-orang yang menyayangimu berada”
-Gara-
“Kemungkinan seorang perempuan untuk seorang laki-laki ada dua : menjadi yang terakhir atau sekedar menjadi tempat persinggahan. Namun aku untukmu hanyalah ada satu kemungkinan, sebagai tempat persinggahan. Walau begitu, aku kan menjadi tempat persinggahan termanis yang bisa kau temui diakhir hari yang melelahkan”
-Andine-
Gara dan Andine adalah teman sekelah dan rekan dalam berorganisasi. Siapa yang tak mengetahui keduanya. Terlebih lagi Gara, seorang aktivis hingga tingkat universitas. Jika sulit menghubungi Gara, maka Andine jalannya. Mereka terlibat sebuah hubungan special. Namun tidak begitu dimata Gara. Andine tau bahwa Gara punya banyak permpuan lain selain dirinya. Namun ia tak berubah : tetap mendampingi dan berada disisi Gara. Namun semuanya berubah sejak kedatangan Karin. Perempuan yang mencuri hati Gara dengan serius.
“Kita gak bisa bareng lagi, Din,” ujar Gara akhirnya.
“Ya. Mungkin itu yang paling baik,” jawab Andine.
Namun hubungan Gara dan Karin tak seperti yang Gara bayangkan. Suatu hari Karin menghilang tanpa jejak.
Wulan Dewatra mengangkat cerita unik yang tak lazim. Kisah cinta seorang aktivis nakal. Jarang sekali penulis yang mengangkat kisah romance dengan latar mahasiswa pergerakan –kecuali buku tentang mahasiswa pergerakan tentunya-. Wulan berani menceritakan sisi lain dari mahasiswa. Sisi kehidupan negatif yang mungkin tak banyak orang yang menyadarinya. Namun yang sangat disayangkan, Wulan terlalu jelas menggambarkan identitas kampus dalam latar cerita ini baik dari sisi penggambaran posisi dan denah kampus, maupun dari sisi sistem pergerakannya. Wulan juga menginggung tentang SARA. Penggambaran orang-orang berhijab panjang dan perilaku-perilakunya –kenapa harus menyebutkan orang-orang yang berhijab panjang?- juga tentang kecurigaannya –menurut saya itu adalah pandangan pribadi- tentang kepentingan suatu kelompok yang dibawa ke kampus. Ketidaksukaan Wulan pada suatu kelompok tertentu secara pribadi terlihat jelas dalam ceritanya. Saya khawatir jika pembaca bukanlah orang yang mengenal pergerakan kampus, akan memiliki pemahaman yang sama dengan Wulan tentang dunia kampus.


