Minggu, 04 Januari 2015

Harmoni



Judul : Harmoni – Cinta yang Hitam-Putih
Penulis : Wulan Dewatra & Ollie
Penerbit : GagasMedia
Genre : Fiksi, Romance
Jumlah Halaman : 276
Tahun Terbit : 2012
ISBN(13) : 979-979-780-559-3

SIDE A : Coelho & Us by Ollie

“Aku pernah mencintaimu dan setuju bahwa saat itu adalah salah satu saat yang terbaik sepanjang hidupku. Tapi sekarang, aku ingin melanjutkan perjalananku. Aku yakin sekali, banyak wanita cantik menunggu untuk mendapatkanmu. Aku tak ingin berada ditengah-tengah dan menghalangi”
-Lili-

“orang cenderung membuat batasan untuk dirinya sendiri. Canggung dan tidak nyaman dengan ‘orang asing’. Padahal semua orang di dunia ini awalnya asing bagi kita. Maka kita berkenalan agar menjadi tahu dan tidak asing lagi”
-Ryan-


            Ryan adalah seorang laki-laki yang tidak mencintai kegiatan membaca bahkan membenci buku. Suatu hari ia pergi kesebuah kafe baca dengan alasan bahwa tempat itu merupakan satu-satunya tempat yang belum pernah ia kujungi bersama mantan pacarnya. Malam itu saat  duduk dan menikmati minumannya, matanya tertarik pada seorang wanita cantik. Ialah Lili sang pecinta buku dan pemuja Paulo Coelho.
“Buku mungkin tidak bernyawa tapi kata-kata didalamnya bisa  menyentuh dirimu sedemikian rupa hingga mungkin kehadirannya lebih baik daripada makhluk bernyawa sekalipun,” Ujar Lili
            Buku The Alchemist milik Lili yang tertinggal direstoran membuat mereka semakin dekat. Ryan mulai membiasakan diri membaca buku meski hal ini tak mudah untukknya. Namun saat mereka semakin dekat, Javier –seseorang yang pernah mengisi hati Lili- kembali lagi. Menawarkan kehidupan yang dulu. Pergi ke toko buku bersama, diskusi berjam-jam tentang sebuah buku bersamanya. Akankah Lili kembali dengan orang yang mempunyai passion yang sama dengannya? Bagaimana dengan Ryan? Mampukah ia bertahan mengikuti rytme kehidupan Lili yang dipenuhi buku sementara ia membencinya?


            Dari judul kita bisa melihat bahwa Ollie adalah seorang pecinta Paulo Coelho. Ollie menggunakan  kata ganti orang ketiga dengan alur maju. Buku ini memberikan banyak pengetahuan tentang dunia kepenulisan. Surga bagi mereka yang mencintai buku seperti Lili. Ollie mengerahkan segenap cintanya untuk membuat orang mencintai dan ingin memiliki buku-buku Paulo Coelho.
            Kekurangan dari cerita ini adalah ceritanya terlalu biasa. Klasik. Tidak terlalu greget dan cukup mudah untuk ditebak. Namun, Ollie memadukan kisah Lili dan Ryan dengan semangat-semngat dalam mencapai sebuah impian, juga tentang passionnya sendiri. Itulah yang membuat cerita ini sedikit berbeda.

SIDE B : Sang Angkuli by Wulan Dewatra

“Rumah adalah tempat orang-orang yang menyayangimu berada”
-Gara-

“Kemungkinan seorang perempuan untuk seorang laki-laki ada dua : menjadi yang terakhir atau sekedar menjadi tempat persinggahan. Namun aku untukmu hanyalah ada satu kemungkinan, sebagai tempat persinggahan. Walau begitu, aku kan menjadi tempat persinggahan termanis yang bisa kau temui diakhir hari yang melelahkan”
-Andine-

            Gara dan Andine adalah teman sekelah dan rekan dalam berorganisasi. Siapa yang tak mengetahui keduanya. Terlebih lagi Gara, seorang aktivis hingga tingkat universitas. Jika sulit menghubungi Gara, maka Andine jalannya. Mereka terlibat sebuah hubungan special. Namun tidak begitu dimata Gara. Andine tau bahwa Gara punya banyak permpuan lain selain dirinya. Namun ia tak berubah : tetap mendampingi dan berada disisi Gara. Namun semuanya berubah sejak kedatangan Karin. Perempuan yang mencuri hati Gara dengan serius.
“Kita gak bisa bareng lagi, Din,” ujar Gara akhirnya.
“Ya. Mungkin itu yang paling baik,” jawab Andine.
            Namun hubungan Gara dan Karin tak seperti yang Gara bayangkan. Suatu hari Karin menghilang tanpa jejak.


            Wulan Dewatra mengangkat cerita unik yang tak lazim. Kisah cinta seorang aktivis nakal. Jarang sekali penulis yang mengangkat kisah romance dengan latar mahasiswa pergerakan –kecuali buku tentang mahasiswa pergerakan tentunya-. Wulan berani menceritakan sisi lain dari mahasiswa. Sisi kehidupan negatif yang mungkin tak banyak orang yang menyadarinya. Namun yang sangat disayangkan, Wulan terlalu jelas menggambarkan identitas kampus dalam latar cerita ini baik dari sisi penggambaran posisi dan denah kampus, maupun dari sisi sistem pergerakannya. Wulan juga menginggung  tentang SARA. Penggambaran orang-orang berhijab panjang dan perilaku-perilakunya –kenapa harus menyebutkan orang-orang yang berhijab panjang?- juga tentang kecurigaannya –menurut saya itu adalah pandangan pribadi- tentang kepentingan suatu kelompok yang dibawa ke kampus. Ketidaksukaan Wulan pada suatu kelompok tertentu secara pribadi terlihat jelas dalam ceritanya. Saya khawatir jika pembaca bukanlah orang yang mengenal pergerakan kampus, akan memiliki pemahaman yang sama dengan Wulan tentang dunia kampus.

Bintang Bunting




Judul : Bintang Bunting
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : GagasMedia
Genre : Fiksi
Jumlah Halaman : 324
Tahun Terbit : 2008
ISBN(13) : 978-979-780-257-8

“Rasa takut itu adalah sebuah anugrah. Hanya kamu yang belum bisa mengelolahnya”
-Om Harry-
“Sepertinya kita terlalu sibuk belajar mencintai sampai lupa bagaimana caranya mengatasi kehilangan”

            Setiap orang selalu menyukai kegiatan tidur. Namun tidak dengan Audine. Baginya tidur berarti bermimpi dan bermimpi berarti gila. Audine mengalami masalah besar yaitu tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana alam nyata. 
“Kapan ya kita bisa melihat masalah yang kita punya sekarang ini jadi masalah kecil?” ujar Raeli, pemilik salon yang juga sahabat Audine.
Audine merasa cukup terbantu dengan kehadiran Mada, seorang peramal misterius yang pada suatu hari mendekati Audine dan memberi nasehat terkait ‘penyakit aneh’ yang dideritanya. Sejak saat itu Mada menjadi penasehat spiritual untuk Audine.
            Hingga suatu hari, ketika Audine pulang kerumah, ia melihat pemandangan yang sungguh sangat menyakitkan hatinya. Adam –suaminya- sedang selingkuh dengan seorang perempuan. Ia kalut dan marah. Apakah itu mimpi atau nyata? Bagaimana pula dengan usaha kuenya yang terancam bangkrut karena kesalahannya? Batas antara alam mimpi dan nyata, begitu tipis.

***
Seperti buku Valiant Budi lainnya –tentu yang telah saya baca- pengemasan cerita dibuat komedi. Sehingga masalah berat yang diangkat tidak terlalu ‘membebankan’ pembaca namun tetap melibatkan emosi pembaca. Valiant Budi menggunakan sudut pandang orang ketiga. Valiant Budi tidak hanya menceritakan kisah tokoh utama yaitu audine tapi juga orang-orang disekitar Audine meskipun tidak berhubungan dengan masalah tokoh utama. Cerita yang diangkat sederhana. Konfliknya juga sederhana namun tidak menghilangkan rasa greget dan ingin tau kemana cerita ini akan dibawa. Selain itu, meskipun alurnya sederhana dan lambat –seperti yang saya bilang tadi- tidak membuat pembaca bosan karena terlalu monoton. Valiant Budi pintar mengemasnya menjadi sebuah cerita yang lezat untuk dibaca. Buku ini juga mengandung banyak nilai-nilai kehidupan. Misalnya tentang keimanan, kematian, berhijab. Ini bukan buku religi –percayalah- tapi banyak hikmah yang dapat diambil pembaca. Sangatlah penting bagi seorang pembaca mendapatkan sebuah pengetahuan baru, inspirasi, semangat atau muatan positif setelah membaca buku dan bukan hanya untuk kesenangan atau penghilang rasa bosan saja.
            Kelemahan buku ini adalah terlalu banyak setting cerita yang berubah-ubah dari satu tokoh ketokoh lain dengan cerita yang sangat singkat sehingga buku ini akan lebih cocok dihabiskan dalam waktu 1-2 hari dan tidak lebih dari itu. Membaca buku ini dalam rentang waktu yang lama dapat mengakibatkan  anda lupa dengan beberapa plot cerita. Selain itu misteri pada buku juga tak habis tertuntaskan sampai akhir cerita. Misalnya pada tulisan yang dikotakkan fungsinya untuk apa, dan apa hubungannya dengan cerita utama (apa karena memang saya aja yang tidak mengerti hehe).
            Valiant Budi memang pintar bermain kata. Gaya menulisnya sangat khas. 

Bittersweet Love




Judul : Bittersweet Love
Penulis : Netty Virgiantini & Aditia Yudis
Penerbit : GagasMedia
Genre : Fiksi, Romance
Jumlah Halaman : 244
Tahun Terbit : 2012
ISBN(13) : 978- 979- 780- 554- 9

            Nawang berubah. Sejak perceraian ayah dan ibunya. Ia tak mengerti mengapa orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Padahal mereka terlihat baik-baik saja. Hidupnya penuh dengan kebencian. Pada Ayah tirinya, Om Adjie, pada adik tirinya Joanna, pada saudara tirinya Hefin, dan pada ibu tirinya, Tante Hesty.
            Namun tak hanya Nawang yang dipenuhi oleh kebencian dan kemarahan. Adik tirinya, Joanna juga memiliki kebencian yang sama. Pertengkaran demi pertengkaran tak terelakkan lagi. Ditambah dengan kenyataan bahwa Artan –pria yang dicintai Nawang- ternyata memiliki perasaan khusus terhadap Joanna.
            Suatu hari Nawang bertengkar hebat dengan Joanna.
“Makannya bunuh aja aku biar aku nggak perlu ngerecokin hidup kalian ! kamu kira kamu aja yang mau mati? Kamu kira cuman kamu yang benci sama hidupmu? Kamu pikir selama ini cuman kamu yang paling menderita di dunia ini,” kata Joanna marah.
            Tak tahan mendengar pertengkaran anak-anaknya, Tante Ajeng –ibu Nawang- datang memarahi Nawang.
“Kalau kamu memang sudah tidak betah tinggal dengan Ibu, kamu boleh ikut dengan ayahmu”
Kebencian, memang selalu berakhir dengan luka.

            Buku ini terdiri dari satu cerita utama dengan 2 penulis. Netty Virgiantini fokus pada tokoh Nawang dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dan Aditia Yudis fokus pada tokoh Joanna dengan sudut pandang orang pertama. Kedua penulis ini menggunakan sudut pandang orang yang berbeda namun tetap dapat menciptakan harmonisasi buku yang cukup baik.
            Netty maupun Aditia, keduanya sama-sama menggambarkan suasana dan perasaan tokoh yang begitu detail sehingga imajinasi pembaca lebih terarah. Namun, tidak seperti buku Fly to the Sky ( Nina& Momoe) yang menceritakan satu cerita yang sama dengan dua sisi manusia yang berbeda, Aditia dan Netty menulis soolah-olah terdapat dua cerita yang berbeda padahal kisah utamanya adalah sama. Ini yang membuat buku bittersweet love menjadi unik.
            Namun, buku ini sedikit membingungkan saya sebagai pembaca. Misalnya kenapa side B (sisi Joanna) berasal dari sudut pandang Joanna padahal Nawang juga memiliki saudara tiri lainnya yaitu Hefin. Kurangnya penekanan terhadap urgensi mengapa penulis memilih dari sudaut pandang Joanna membuat akhir cerita seperti tidak utuh. Ditambah lagi dengan kesan Joanna yang merupakan anak baik di Side A (sisi Nawang) namun ternyata Joanna anak yang cukup nakal di Side B. Selain itu, meskipun ingin terkesan menghasilkan 2 cerita yang berbeda, namun ada baiknya semua tokoh diperkenalkan di Side A dan Side B. Contohnya tokoh Abang Mike yang selalu diceritakan di Side B namun tidak muncul sedikitpun di side A. Selain itu terdapat beberapa ketidakkonsistenan tokoh dalam membahasakan diri dalam percakapan.
            Terlepas dari semua itu, buku ini menciptakan cerita yang berbeda dari buku gagas duet lainnya. Dan soal teknik penulisan, tak perlu diragukan lagi J


Senin, 25 Februari 2013

Surat Untuk Alam




Pohon,
Aku melewatimu setiap hari. Di jalan yang sama menuju tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Bisakah kau bisikan padanya bahwa aku merindukannya? Ini sebuah titipan rindu dariku.

Angin,
Engkau bergerak sangat cepat sekali. Bahkan lebih cepat daripada pelari atau kuda paling cepat sedunia sekalipun. Maukah kau membantuku untuk menyampaikan desahan kekhawatiranku padanya? Dan sampaikan juga padanya bahwa aku menunggunya disini, ditempat yang mudah untuk ia temui.

Laut,
Dirimu besar sekali, membentang luas di bumi Allah, memisahkan jarakku dengan dirinya. Kumohon kecilkan riakmu agar aku ataupun dirinya berhasil menyebrangimu dan bertemu kembali di dunia nyata.

Air,
Engkau sungguh jernih hingga aku dapat melihat diriku di dalam dirimu. Air, jika suatu saat aku merindukannya, dapatkah kau menolongku? Menggambarkan dirinya dalam dirimu? Sekali saja, kumohon.

Tanah,
Engkau dipijaki olehnya tempat tinggalnya. Maukah kau membantuku menjaga agar ia tak jatuh karna guncanganmu atau karna dirimu yang tak rata.

Tanah, air, laut, pohon, dan angin, tolong bantu aku menjaga dirinya dimanapun ia berada. Aku sudah berdoa pada Tuhanku Allah agar terus menjaganya dimanapun ia dan dalam kondisi apapun. Jika memang Allah menghendaki ia terluka melalui kalian, maka janganlah kalian terlalu keras menghukumnya karna hal itu akan mambuatku sedih.

Surat Untuk Alam




Pohon,
Aku melewatimu setiap hari. Di jalan yang sama menuju tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Bisakah kau bisikan padanya bahwa aku merindukannya? Ini sebuah titipan rindu dariku.

Angin,
Engkau bergerak sangat cepat sekali. Bahkan lebih cepat daripada pelari atau kuda paling cepat sedunia sekalipun. Maukah kau membantuku untuk menyampaikan desahan kekhawatiranku padanya? Dan sampaikan juga padanya bahwa aku menunggunya disini, ditempat yang mudah untuk ia temui.

Laut,
Dirimu besar sekali, membentang luas di bumi Allah, memisahkan jarakku dengan dirinya. Kumohon kecilkan riakmu agar aku ataupun dirinya berhasil menyebrangimu dan bertemu kembali di dunia nyata.

Air,
Engkau sungguh jernih hingga aku dapat melihat diriku di dalam dirimu. Air, jika suatu saat aku merindukannya, dapatkah kau menolongku? Menggambarkan dirinya dalam dirimu? Sekali saja, kumohon.

Tanah,
Engkau dipijaki olehnya tempat tinggalnya. Maukah kau membantuku menjaga agar ia tak jatuh karna guncanganmu atau karna dirimu yang tak rata.

Tanah, air, laut, pohon, dan angin, tolong bantu aku menjaga dirinya dimanapun ia berada. Aku sudah berdoa pada Tuhanku Allah agar terus menjaganya dimanapun ia dan dalam kondisi apapun. Jika memang Allah menghendaki ia terluka melalui kalian, maka janganlah kalian terlalu keras menghukumnya karna hal itu akan mambuatku sedih.

Kamis, 21 Februari 2013

5 Hari Mengikat Makna


Setiap orang pasti punya jagoannya sendiri. Siapa yang dimaksud jagoan itu? Adalah orang yang selalu memberi inspirasi dalam hidup. Bukan hanya inspirasi, melainkan juga orang yang juga selalu dapat diandalkan. Orang itu bisa siapa saja. Bisa ayah,ibu, kakak, sahabat, kakak tingkat, adik tingkat, dosen atau guru, dan siapapun yang berada disekeliling kita, punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang itu.
                Acha pun punya jagoan itu. Namanya Astrie Pusphita, sarjana Teknik Industri. Dan dia adalah kakak perempuan satu-satunya yang acha punya. Jika ingin menggambarkan dirinya dalam 2 kata saja, acha akan berkata ‘ perfeksionis, dan multitalent’.
                Mbak Astrie, -begitu panggilannya- adalah orang yang begitu tangguh. Mungkin mbak astrie bukan aktivis kampus yang selalu sibuk dengan seabrek kegiatan, namun apa yang telah ia mulai, selalu ia akhiri.
                Sebelum acha ke bandung, ada kata-kata yang tak akan pernah acha lupakan. “acha sudah memutuskan untuk kuliah jauh dari keluarga, maka acha juga harus siap dengan segala konsekuensinya”. Sampai jika acha mengeluhkan kuliah yang berat, mbak selalu berkata “ selesaikan apa yang sudah acha mulai, itulah tanggung jawab”
                Nah, lebaran kemarin (2012), kami terancam tidak bisa bertemu karna beberapa hal. Salah satunya karena abang (suami mbak astrie) ga dapet cuti untuk pulang ke ke rumah. Namun, memang selalu saja ada jalan untuk 2 hati yang merindu. Acha, untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah mbak yang berada di Prayun.
                Rumah mbak memang tidak besar, namun sangat nyaman dan rapih. Segala barang-barang ditata dengan sangat rapih, dan yang terpenting adalah keceriaan yang ada di dalam rumah hijau mungil itu.
                Mbak dan abang menjamu kedatangan acha dengan sangat luar biasa. Di ajak keliling-keliling kota. Ke balai, ke tanjung batu yang jaraknya jauuuh hanya untuk duduk di mesjid, atau ke sawang (fendy Fashion) yang begitu mbak banggakan. Mbak dan abang tinggal di kampung. Bahkan untuk sampai kesana saja harus 3 kali naik kapal dari tanjunguban. Namun itu tidak membuat acha menjadi ingin cepat pulang. Justru acha ingin berlama-lama di sana dan bahkan berencana membeli tanah untuk dibangun rumah tempat tinggal acha nantinya.
                Di rumah mbak acha banyak belajar. Mbak memang cerewat, tapi tak kasar. Saat mbak masak, acha pengen bantu, lalu mbak bilang
                “udah sama mbak aja, acha lama dan g rapi motongnya, ketebelan”.
                 “mama juga ga boleh acha masak, katanya takut pisaunya kena tangan. Kalo gitu kapan acha bisanya”. Setelah mendengar acha bilang gitu, mbak lalu bilang “ ya udah, motongnya kayak gini, miring, jangan kepanjangan, jangan ketebelan, dan jangan lama”. Ya, mbak memang seperti itu. Selalu ingin semuanya sempurna.
                Sambil masak mbak bercerita,lebih tepatnya menasehati, “ acha udah besar, harus bisa pekerjaan rumah. Nanti kalu udah nikah gimana rumahnya? Gimana mau masak untuk suami dan anak-anak?. Banyak aktivis-aktivis yang sibuk di luar, tapi di rumah ga bisa apa-apa. Mau jadi apapun, kita ini perempuan, harus bisa pekerjaan-pekerjaan rumah. Memangnya mau nanti rumahnya berantakan? Harus peka. Kepekaan itu harus dilatih. Bukan alasan kalo bilang kita bukan tipe orang yang peka.”
                 Begitu lah mbak astrie. Bahkan pada suatu pagi mbak nyuruh acha untuk beberes ruang tamu dan ruang keluarga. Ya meski ada beberapa hal yang mungkin tidak sesuai dengan hasil yang diharapkannya, mbak tetap memberitahu dimana kekuragannya. Jadi ini seperti tes kepekaan.
                Tak hanya itu, di rumah mbak acha seperti mengikuti dauroh pra-nikah. Dan ini benar-benar langsung melihat contohnya. Misalnya saat mbak sudah di dapur ba’da subuh untuk menyiapkan sarapan dan bekal Fatih -Anaknya-. Ada hal-hal yang ga akan pernah acha lupakan. Saat mbak mengambilkan Fatih sarapan misalnya. Porsinya tidak terlalu banyak, tapi sekedar cukup. Bahkan ketika fatih bilang ingin tambah mbak bilang “kalau sarapan ga boleh terlalu banyak sayang. Nanti fatih kekenyangan, kalo kekenyangan nanti ngantuk. Kalau ngantuk ga fokus belajar”. Begitu pula saat melihat mbak memasukkan makanan ke tempat bekal Fatih. Komposisi karbohidrat, protein, dan vitamin tak luput dari perhitungan mbak.
                Acha juga melihat dan mendengar nasehat-nasehat mbak untuk Fatih sebelum Fatih pergi sekolah. Sembari menyisiri rambut hitam fatih mbak berkata : “Nanti jangan minta-minta disekolah. Kalau orang kasi, ambil dan bilang makasih. Kalo Fatih pengen, bilang bunda, nanti kita beli ya nak.” Begitu terus nasehat mbak setiap hari.
                Mbak juga mengajari Fatih dan Faatiha menutup aurat sejak kecil. Saat teman-teman Fatih memakai  seragam celana pendek, mbak membuat celana panjang untuk fatih. Saat ditanya mbak bilang “ meskipun masih TK, harus dibiasakan menutup aurat kan?” begitu pula dengan Faatiha yang kini umurnya belum sampai 2 tahun namun kemana-mana selalu dipakaikan jilbab.
                Lalu bagaimana dengan suami? Yang acha liat, sekalipun mbak belum makan dari pagi, mbak tetep nunggu abang pulang kerja untuk makan bersama. Bagaimana mbak selalu menghantar abang pergi kerja sampai depan pintu. Aaahhh, pemandangan yang akan membuat akhwat-akhwat single teriak histeris.
                Dengan lima hari saja mbak sudah buat acha belajar banyak. Dari dulu memang selalu begitu. Mbak ga pernah memojokkan dan selalu membuat acha merasa sangat nyaman. Berantem? Ya pernah lah ! mbak juga manusia yang tak jarang menyebalkan, tapi bijaknya lebih banyak.

Tutur katanya tak sehalus sutra, namun syarat akan hikmah...
Rangkaian katanya tak selalu indah, namun bijak menjadi syarat dalam menasehati...
Nadanya tak selalu rendah, namun selalu menyejukkan hati...
Sungguh sangat bahagia, dilahirkan dalam rahim yang sama dengan dirinya...
Bagi ku, dia itu orang tua,
Kakak,
Orang yang menginspirasi,
Pemimpin,
Murabbi,
Dan sahabat...
Merangkap menjadi satu menjadi makhluk bernama Astri Pusphita.
I love u coz Allah, I Love u coz U are my Dear

Terima kasih sudah menjadi kakak acha,
Dan terima kasih sudah menjadi kakak terbaik yang pernah ada.
Pondok Pitaloka Bandung, 21 Feb. 13
Scofield A.A



Aku Belajar Banyak Dari Hujan


Aku belajar banyak dari hujan...
Yang selalu banyak memberi meski kita sendiri tak pernah mengirim apapun untknya di atas...
Aku belajar dari hujan...
Dengan kehadirannya selalu membuat kita belajar siaga...
Aku belajar banyak dari hujan...
Kehadiran tak terduganya terkadang membuat dan memaksa kita untuk bersilaturahin dengan orang2 yang kadang mungkin ketika hari cerah hanya sempat kita sapa dari jauh.
Aku belajar banyak dari hujan...
Suaranya saja sudah membawa kedamaian.
Kita perlu menjadi sosok seperti hujan. Yang sealu memberi walaupun tak pernah menerima apapun. Kita harus menjadi seperti hujan, yang dengan kehadiran kita membuat orang lain bersiaga. Bukan ditakuti sosoknya, melainkan karna pengaruh yang kita berikan. Kita wajib menjadi seperti hujan, yang menengahi persaudaraan manusia yang buruk atau rusak. Kitalah hujan, yang hanya dengan suara saja mampu menaklukkan dunia.

Hujan bukanlah sebuah lambang tidur, lambang bermalas-malasan, lambang becek, basah dan air. Hujan lebih hebat dari semua itu, jika kita pintar untuk mengambil pelajaran darinya..