Ini kisah konyol antara aku dan seorang sahabat.
Sore itu, beres kuliah, yuyun yulianti sahabatku langsung disodori kebingungan yang mendalam. Pasalnya, ia mau pergi mencari pemateri untuk upgrading,namun tak tau alamatnya, meski aku juga tak jauh beda dengannya, tapi kami tetap memutuskan untuk NEKAD.
Diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim aku menarik gas spin milik teman sekelasku yang dermawan, prisla. Baru saja berangkat, kami sudah memasang tampang bingung ketika hendak keluar dari kampus. Maklum, kami ga tau peraturan kampus tentang permotoran.
“yun, kartu teh dimana?” tanyaku.
“eh, ga tau cha,” katanya dengan aksen sunda yang begitu kental. sahabatku yang satu ini memang berdarah sunda dan lumayan menjunjung tinggi kebudayaan daerahnya.
“telpon Prisla dech,” perintahku. Aku melihat kiri dan kanan, memasang tampang ‘semuanya baik-baik saja kok’ yang kutujukan kepada bapak satpam sangar yang tak bisa dipungkiri sejak tadi melihat kami dengan penuh tanda tanya.
“cha, katanya di dompet kunci motor cenah” kata yuyun membuyarkan tampang sok luguku.
Dan petualangan pun, dimulai.
Mengendarai motor dibandung itu, beda banget dengan mengendarai motor di kampung halaman. Maklum, disana kan masih relatif sepi, jadi bisa kebut-kebutan dan nyampe dalam waktu 1 jam 15 menitan dengan jarak tempuh kurang lebih 90KM. kalau di bandung itu, terasa aman dan nyaman meski musuh besarku memang angkot dimana-mana juga. Pernah suatu kali aku sedang pergi bersama mama, dan seperti biasa, angkot selalu saja berhenti mendadak dan sembarangan bahkan ditikungan tajam sekalipun. Ngedumel pun tak terelakkan lagi. Yang lebih menyakitkan, saat mama bilang “ udah cha, gapapa lah. Namanya juga orang cari uang nak,” ujar mama.
Kembali ke topik…
Kita berhenti bentar di pangkalan angkot panorama untuk menanyakan alamat kepada mang kenek. Tapi ternyata, mang kenek pun ragu dengan alamat yang kami tanyakan. Untungnya ada bapak-bapak-bapak yang menyamperi kami untuk menawarkan bantuan pengetahuannya(barakalloh bapak).
“ada apa neng?” tanyanya
“ini pak, mau nanya, alamat ini dimana ya?” Tanya yuyun sambil menyodorkan handphone Xperia miliknya untuk memperlihatkan sms alamat yang kami cari.
“Indra Saepul Alam,” katanya membaca dengan bingung( mungkin si bapak berguman dalam hati ‘teu aya neng jalan indra saepul alam mah’)
“eehh, bukan yang itu pak, yang ini,” jawab yuyun meluruskan dan menunjukkan kolom yang benar.
“ jalan rereng adu manis. Oohh, ini mah deket pahlawan dan surapati, bla…bla…bla…(penulis bingung dan lupa apa yang beliau katakan).
Karena tak tau sama sekali dimana itu surapati dan pahlawan, juga melihat wajah bingung pada yuyun. Maka aku pun berinisiatif untuk bertanya kembali.
“kalo ngikutin angkot, angkot kearah mana ya pak?”tanyaku lagi.
“oh, ikutin caheum-ledeng aja neng, nanti udah lewat ITB, Tanya-tanya aja lagi, bisi ntar kebingungan.
“oh, makasih ya pak,” ujar kami hamper berbarengan.
Aku kembali tancap gas. Kaku-kaku gimana gitu setelah sekian lama ga bawa motor. Apalagi matic, mmmhhhh….soalnya dirumah si firebolt ku kan motor bebek biasa. Mas adie punya, juga megapro, jadi terbiasanya pake bebek n meski ga lihai, tapi bisa pake megapro(itu jugai berkali-kali dijitak karna mati aja).
Eeehhh, ngelantur lagi,, kembali ketopik.
Kalo Cuma dari setiabudhi ke ITB mah gampang. Apal banget si gue. Soalnya tiap kamis sore kan kesana untuk kajian FLP. Jadi skip saja ya cerita nya. Lewat dari ITB, kita langsung pasang ancang-ancang untuk kembali bertanya. Kali ini korbannya adalah tukang sate. Nah, untuk yang sekarang, yuyun yang turun dan nanya. Aku? Ya di motor aja. Berharap yuyun cukup baik dalam mengingat.
Setelah naik, aku dengan Pedenya tancap gas lagi. Kata yuyun sich, terus aja sampe lampu merah. Ya udah, aku terus aja. Tiba dilampu merah, kami berhenti. Ada lampu merah, berati ada perepatan, jadi Tak salah bukan jika aku bertanya “yun, kemana lagi nich?”
Dan anda tau pemirsa apa yang dikatakan oleh akhwat kecil pelupa itu?
Dia menjawab, “ ga tau cha, aku LUPA!”
Serasa ada palu godam yang memukul kepalaku dengan keras.
-.-“
T.T
Aku pun hanya bisa menjawab, “ ambil handphone di saku jaket aku, telpon echi. Tapi aku ga ada pulsa.
Echi itu temen aku dari bintan yang kuliahnya di widyatama. Meski sama-sama dari bintan, tapi pengetahuannya soal jalan di bandung sangat baik dan salah satu alasan kenapa aku suruh yuyun menghubunginya karena, kalo ga salah ni, aku sering denger dia nyebut-nyebut surapati . ntah itu letak kampusnya, atau disana biasa dia mangkal di pangkalan ojek.
Nekad aja nich belok kanan sementara yuyun lagi nelpon echi. Beres nelpon, aku mengambil kesimpulan bahwa kami bakal ngelewatin pusdai. Pernah sich ke pusdai, tapi ironisnya aku tidur di angkot. Jangankan ngeliat jalan, mang angkot nya juga udah lupa mukanya(ya iya lah,mulai ngelantur).
Macet nich, ditambah di depan ada polisi. Keringet dingin mulai menjalar. Meski sudah 3 kali nabrak angkot, tak menjamin diriku punya SIM. Tapi, macet adalah kesempatan yang pas untuk kembali bertanya. Ada akang-akang ganteng di sebelah.
“yun, Tanya jalan, pusdai teh ke arah mana.”
“malu cha…” jawabnya.
“ malu, ato kita bakal kesesat trus pematerinya udah keburu pulang, prisla juga pulangnya kemaleman. Hayo, pilih mana,” ancamku. (maaf ya yun, untuk kebaikan)
Akhirnya, si yuyun nanya, tapi sama anak sekolah yang disebelah kiri kita.
Singkat cerita, kita dapet alamatnya. Yuyun udah mulai mahir nanya-nanya alamat. Udah dapet alamatnya, kami selesaikan urusanya dan perjalanan pulang pun menanti.
Sore itu udah mulai gerimis. Dan saat itu kami baru meluncur. Keputusanku untuk rada ngebut pun disetujui oleh yuyun. Kami lewat flyover nich.hehe…seneng lah pastinya.haha, norak banget. Gapapa lah,sesekali mah. Nah, disini nich hujan super gede mengikuti. Saking lebatnya, ni tangan ampe sakit kena tetesan airnya. Dingiiiiiiiin banget. Tangan udah kaku dan mati rasa. Seluruh badan udah basah kuyup kaya baru keluar dari samudra hindia*kayak yang pernah aja*. Yuyun pun nyempil aja dibelakangku sambil trus bilang berkali-kali, “ duh,kasian prisla” hingga aku berteriak “ KASIAN PRISLA???KITA YANG KEHUJANAN,AKU YANG KEDINGINAN, KENAPA KASIANNYA AMA PRISLA?”(bukan marah, tapi karna hujannya emang gede banget, jadi takut si yuyunnya ga kedengeran).
Sulit mendeskripsikan sebesar apakah hujannya. Sampai aku yang memang punya masalah ama mata, sulit melihat jalan. Dilema. Kalo pelan malah tambah kuyup n kedinginan(aku punya masalah ama yang namanya dingin), mau ngebut, ga keliatan jalan. Bisa-bisa nabrak. Efek dari ga kelihatan jalan yang dipadukan dengan ngebut adalah kita lempeng aja terus. Padahal seharusnya kita ambil jaln kekiri untuk turun dari flyover menuju setiabudhi. Dan semakin merana lah nasib kami karena nyasar yang cukup jauh hingga BTC. Untungnya, aku pernah ngelewat sini waktu mau ke mesjid habib kompleks bandara meski waktu itu ngangkot. Dari sini, kita ngikutin aja angkot arah ledeng. Tapi, angkot kan sebentar-sebentar berhenti, ga mungkin juga kita mau berhenti. Makin lama dong, ini dingin udah kebangetan lah. Jadi, aku memutuskan untuk liat-liat aja papan ijo penunjuk jalan. Alhamdulillah lah hampir nyampe.
Mmmhhhh….bensin pun hampir habis, sekali lagi si yuyun berkata : “ kasian prisla” -.-‘’. Maka kita pun lurus ajah kearah lembang untuk isi bensin.
Yuyun said : “ cha, kalo isi 20ribu cukup ga?” tanyanya. Tanpa melihat wajahnya pun aku bisa membanyangkan wajah lugunya.
“hellowww, ini motor mah, bukan mobil. Motor adek juga 12rb udah penuh. Itu juga kalo udah kosong banget. Ai mamah ga punya motor? “ kataku.
“ya punya, Cuma kan aku ga tau.hehehe,” jawabnya.
Beres isi bensin, kami dorong dulu kedepan. Daaannnn…. Aku ga bisa nyabut kuncinya. Memalukan sekali. Yuyun juga ga bisa. Akhirnya, dengan tampang penuh belas, aku berkata pada aa disebelahku yang lagi smsan.
“a, tolong cabutin kuncinya boleh?” tanyaku.
Tepat dugaanku. Kita ga bisa nyabut bukan karna kita udik, tapi karna emang susah. Si aa nya juga susah nyabutnya.
Akhirnya, kita legaaaaa banget karna bisa pulang tanpa hutang. Bensin udah penuh, motor aman-aman aja, dan semuanya beres.
Nyampe di kampus, kita kebingungan lagi dengan system permotoran. Si yuyun sibuk bilang ‘duh, kartu prisla kan tadi udah dikasi kebapak satpamnya’(mungkin dia berfikir, kalo mau masuk harus ngasi kartunya lagi). Tiba di pos, yuyun ngotot bilang kartunya udah di kasiin, sementara si satpam yang memang sangat jutek kebingungan. Aku? Seperti yang sudah kukatakan bahwa aku punya masalah serius sama yang namanya dingin hingga tak bisa berfikir, aku memutuskan untuk diam saja. Biarlah yuyun dan pak satpam yang menyelesaikan masalah mereka (nah lho?). akhirnya persengketaan kartu parkir berakhir dengan ending si yuyun dikasi hadiah kartu parkir(memang sudah seharusnya).
Ada rahasia dibalik rahasia, tiba di LPPM aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Seperti ada yang salah ama ban belakang. Dan benar saja dugaanku, ban bocor. Olala…. T.T kita memutuskan untuk ke jica dulu sebelum nyari tambal ban karena saat itu sudah jam setengah tujuh lewat dan aku belum sholat magrib. Sepanjang jalan, yuyun tak berhenti berkata “ kasian prisla”, otakku yang ga karuan membuatku membayangkan prisla duduk di gerbang cempaka atau darmawinata sambil memegang mangkok di tangannya. Konyol memang mengingat temanku yang jenius dan selalu punya IP 4 itu mengalami hal itu.
Aku sholat dikostan mila, meski saat itu sempet dimarah-marah ama mila. Ga dibolehin pergi, sebelum ganti baju. Jadi ya, ganti baju dulu. Malam itu kita emank punya agenda rapat mading sich. Tapi kayaknya ga memungkinkan. Jadi anak-anak, kusuruh pulang.
Beres sholat, aku kembali ke yuyun, menerima nasib harus nyari tambal ban. Kita mencoba pelan-pelan untuk naik. Namun, sampai di ilkom kondisi memang tidak memungkinkan lagi untuk dikendarai.
“ya udah cha, aku jalan aja,” kata yuyun.
“ tetep aja ga bisa, aku kan berat. Kamu aja ni bawa,” kataku
“ngaco, aku kan ga bisa,” katanya.
“Ya sudahlah kita terima nasib,” kataku.
Tak bisa dipungkiri, aku butuh bantuan. Maka aku nelpon indra sang ka.bem dan yuyun, nelpon seorang kakak tingkat yang bawa motor dan sering main ke PKM walau KKN juga, berharap beliau masih ada di kampus. keberuntungan tak memihak. Nomor indra, baik yang As maupun yang Tri, ga aktif. Tapi si yuyun bilang si akang ***** mau dateng. Ada di sersan bajuri cenah.
Serasa mendapat angin surga, kami pun menunggu dengan penuh harap. Cukup lama. Setiap motor yang datang, kami berharap pengendaranya adalah malaikat pendorong motor yang mau membantu kami. Dan akhirnya, orang yang ditunggu-tunggu pun datang. Loe-loe pade tau apa solusi yang di berikan? Ia berkata : “ya udah, mau digimanain lagi? Dorong aja” daaannnn….pergi. 1 hal yang kami lupakan saat itu adalah, kami harusnya tak boleh bergantung dan berharap lebih pada manusia. Sudah semstinya lah meminta pertolongan ke Allah. Jadilah kami dorong motor dari ilkom menuju gerbang. Inginnya sich nambal dipanorama. Gila, itu masih jauh banget, sekali lagi JAUH BANGET. Ini udah malem, aku belum makan dari pagi, dan kami kedinginan. Yah, mau gimana lagi.
Aku ngedorong di depan, yuyun di belakang. Asa berat pisan hingga aku berkata :
“cik atuh dorong,” kataku melihat kebelakang.
“iya ini udah dorong,” katanya dengan muka yang udah kucel, baju yang udah basah. Ditambah dengan ransel ku yang digendongnya sementara ranselnya sendiri dibelakang punggungnya. Ia juga membawa helm ku sementara helmnya masih ia pakai. Sebuah pemandangan langka. Kasian juga ni anak, batinku. Aku juga tau matanya udah berair. Ya ampun, akhwat banget ya…ckckck
Deket-deket BNI, ada bapak satpan yang naik motor lalu bertanya, “ kenapa neng motornya?”
“ban bocor pak,’ ujarku.
“oh, di depan ada tambal ban. Bapak duluan ya, bapak liatin dulu masih buka apa ga. Bapa tunggu di gerbang,” katanya penuh kasian.
“oh, iya pak, makasih ya pak,” ujar kami.
Meski akhirnya kami memang ngedorong motor ampe gerbang, tapi kami senang karna si bapak menepati janjinya untuk menunggu di gerbang. Ia juga membantu menyebrangi motor.(barakalloh bapak). Oia, aku sampai harus menelpon abangku loch untuk menanyakan biaya tambal ban berapa. Soalnya kami sama-sama ga tau dan takut di tipu.
Akhirnya, waktu pulang pun tiba….
Alhamdulillah, berakhirlah petualangan aku dan yuyun hari ini, di tutup dengan makan nasi goreng dengan brutal.
Untuk saudaraku yuyun, maaf ya atas segala kesalahan. Namun hari itu sangat indah meski banyak rintangan. Boleh jadi, itu salah satu cara Allah untuk mempererat kembali ukhuwah kita J
Aku mencintaimu karena Allah… J
1 komentar:
hahaha, lucuu..
Posting Komentar