Ditulis
berdasarkan hasil diskusi yang sangat panjang bersama teh Nisa Hayati( ex kabid
meisy), Rahma Maulida (ka.bid Humas HMD Kimia UI), dan Erika ( kaderisasi HMD
Kimia dan Ka.Humas BEM FMIPA UI)
1. Masalah Pengaderan.
Apa sich itu kaderisasi? Kaderisasi itu adalah memberikan ilmu,
apapun itu kepada yang dibawah sebagai upaya untuk regenerasi. Ilmu yang
dimaksudkan ini mencakup dalam berbagai aspek. Tak hanya bagaimana seseorang
dapat menjalankan proker dengan baik, tapi juga kepemimpinan. Karena sebagian
besar generasi akan meniru generasi terdahulu meski tidak sepenuhnya.
Kaderisasi harusnya mensupport, bukan menghambat.
Kaderisasi itu bukan hanya pada keikutsertaan mereka dalam mabim
dan LKM, tapi pada muatan-muatan yang kita inginkan. Muatan itu terbungkus
rapih dalam konsep kegiatan yang kita adakan. Kader seperti apa sich yang kita
inginkan(konkretnya dengan sesuatu yang lebih bisa di ukur dibandingkan dengan
kata kreatif, cerdas, dll). Misal
seperti menginginkan keder yang dapat memimpin, bisa berkomunikasi dengan
baik(komunikatif),mandiri, loyal,dll. Idealnya, kaderisasi bisa mengonsep
bahkan sampai ke siapa ketua BEM selanjutnya yang semua itu terangkum dalam
system kaderisasi.
ingin kader yang seperti apa, ya diarahkan kesana. Misalnya untuk menghasilkan kader yang
komunikatif, ya diadakan debat,diskusi, dan apapun kegiatan yang sekiranya
dapat menunjang potensi-potensi kepemimpinan mereka lebih dalam, lebih
professional dalam bekerja, dan taat pada pemimpin. Sikap-sikap seperti
tanggungjawab, komitmen yang kuat, dan mandiri adalah sikap yang harus
ditelurkan oleh kaderisasi kepada kedernya.
2. Pencitraan
Tugas siapakah yang berkaitan dengan pencitraan BEM secara
keseluruhan? Tugas semua pengurus BEM, lebih-lebih tugas humas. Ironis melihat
warga yang menginginkan pengurus tidak terlalu eksklusif, namun jika pengurus
sedikit saja mengendur dari ‘peradaban’ lantas bertanya, “kemanakah BEM?”
Apa saja yang SUDAHdilakukan oleh BEM semestinya dilaporkan kepada warga melalui media.
Lalu,apa saja yang AKAN
dilakukan oleh BEM, idealnya pun di publish ke warga melalui media pula. Dalam
hal ini menggunakan berbagai media. Melalu Facebook, Jarkom, Roadshow ke
kelas-kelas, dan Pamflet. Kurang eksis gimana lagi coba?
berkomunikasi dengan warga melalui media seolah mengatakan. “HELLOOOWWW EVERYBODY, COME JOIN TO
US!!”
Untuk apa ini semua? Untuk memberikan citra positif kepada BEM. Nama
BEM lah yang dipertaruhkan. Ketika warga sudah melihat citra yang positif dari
BEM, maka tak ada alasan bagi warga untuk tidak lagi berpartisipasi dalam kegiatan di BEM. Selain itu, kita akan
mempunyai power agar kata-kata kita didengarkan tentu setelah kita mendengakan
warga.
3. Evaluasi
Berapa banyak proker kita? Berapa banyak yang PENTING? Berapa banyak yang masih DIMINATI??
BEM adalah tempat untuk mewadahi kebutuhan warga, tapi kita harus
melihat kondisi warga. Apa yang menurut kita baik, penting, dsb, belum tentu
menurut warga baik. Sedih bukan melihat beberapa acara BEM yang terlihat sepi.
Yang datang hanya panitia saja dengan warga beberapa orang saja. Salahnya
dimana? Ada 2 faktor utama yang perlu digarisbawahi yaitu publikasi yang kurang?
Atau acaranya yang tidak ada lagi peminatnya? Tidak ada inovasinya?
Acara BEM yang diminati banyak warga adalah sebuah pencitraan baik.
Lihat fakta dibeberapa proker, jika
pemintanya bahkan kurang dari 50% dari parameter keberhasilan, apa yang menyebabkan
kita mempertahankan proker itu? Apa?
Harusnya setiap departemen itu mengikuti perintah ketua BEM, membuat
proker yang sudah disinergiskan ke visi-misi ketua BEM dan bukan kepada ambisi
departemennya. Yang terjadi saat ini adalah, kita atau sebagian besar dari
pengurus BEM terlalu proker oriented.
Sekali lagi, apa yang membuat kita mempertahankan hal yang menurut
kita baik namun, belum tentu menurut mereka baik.(hanya sebuah statmen, bisa
jadi juga pertanyaan).
Scofield A.A

0 komentar:
Posting Komentar