Jumat, 11 Mei 2012

sebuah catatan tentang BEM


Ditulis berdasarkan hasil diskusi yang sangat panjang bersama teh Nisa Hayati( ex kabid meisy), Rahma Maulida (ka.bid Humas HMD Kimia UI), dan Erika ( kaderisasi HMD Kimia dan Ka.Humas BEM FMIPA UI)

1.       Masalah Pengaderan.

Apa sich itu kaderisasi? Kaderisasi itu adalah memberikan ilmu, apapun itu kepada yang dibawah sebagai upaya untuk regenerasi. Ilmu yang dimaksudkan ini mencakup dalam berbagai aspek. Tak hanya bagaimana seseorang dapat menjalankan proker dengan baik, tapi juga kepemimpinan. Karena sebagian besar generasi akan meniru generasi terdahulu meski tidak sepenuhnya.  Kaderisasi harusnya mensupport, bukan menghambat.

 Kaderisasi itu bukan hanya pada keikutsertaan mereka dalam mabim dan LKM, tapi pada muatan-muatan yang kita inginkan. Muatan itu terbungkus rapih dalam konsep kegiatan yang kita adakan. Kader seperti apa sich yang kita inginkan(konkretnya dengan sesuatu yang lebih bisa di ukur dibandingkan dengan kata kreatif,  cerdas, dll). Misal seperti menginginkan keder yang dapat memimpin, bisa berkomunikasi dengan baik(komunikatif),mandiri, loyal,dll. Idealnya, kaderisasi bisa mengonsep bahkan sampai ke siapa ketua BEM selanjutnya yang semua itu terangkum dalam system kaderisasi. ingin kader yang seperti apa, ya diarahkan kesana. Misalnya untuk menghasilkan kader yang komunikatif, ya diadakan debat,diskusi, dan apapun kegiatan yang sekiranya dapat menunjang potensi-potensi kepemimpinan mereka lebih dalam, lebih professional dalam bekerja, dan taat pada pemimpin. Sikap-sikap seperti tanggungjawab, komitmen yang kuat, dan mandiri adalah sikap yang harus ditelurkan oleh kaderisasi kepada kedernya.

2.       Pencitraan
Tugas siapakah yang berkaitan dengan pencitraan BEM secara keseluruhan? Tugas semua pengurus BEM, lebih-lebih tugas humas. Ironis melihat warga yang menginginkan pengurus tidak terlalu eksklusif, namun jika pengurus sedikit saja mengendur dari ‘peradaban’ lantas bertanya, “kemanakah BEM?”
Apa saja yang SUDAHdilakukan oleh BEM semestinya dilaporkan kepada warga melalui media.
Lalu,apa saja yang AKAN dilakukan oleh BEM, idealnya pun di publish ke warga melalui media pula. Dalam hal ini menggunakan berbagai media. Melalu Facebook, Jarkom, Roadshow ke kelas-kelas, dan Pamflet. Kurang eksis gimana lagi coba? berkomunikasi dengan warga melalui media seolah mengatakan. “HELLOOOWWW EVERYBODY, COME JOIN TO US!!”
Untuk apa ini semua? Untuk memberikan citra positif kepada BEM. Nama BEM lah yang dipertaruhkan. Ketika warga sudah melihat citra yang positif dari BEM, maka tak ada alasan bagi warga untuk tidak lagi berpartisipasi  dalam kegiatan di BEM. Selain itu, kita akan mempunyai power agar kata-kata kita didengarkan tentu setelah kita mendengakan warga.

3.       Evaluasi
Berapa banyak proker kita? Berapa banyak yang PENTING? Berapa banyak yang masih DIMINATI??
BEM adalah tempat untuk mewadahi kebutuhan warga, tapi kita harus melihat kondisi warga. Apa yang menurut kita baik, penting, dsb, belum tentu menurut warga baik. Sedih bukan melihat beberapa acara BEM yang terlihat sepi. Yang datang hanya panitia saja dengan warga beberapa orang saja. Salahnya dimana? Ada 2 faktor utama yang perlu digarisbawahi yaitu publikasi yang kurang? Atau acaranya yang tidak ada lagi peminatnya? Tidak ada inovasinya?
Acara BEM yang diminati banyak warga adalah sebuah pencitraan baik. Lihat fakta dibeberapa proker, jika pemintanya bahkan kurang dari 50% dari parameter keberhasilan, apa yang menyebabkan kita mempertahankan proker itu? Apa?
Harusnya setiap departemen itu mengikuti perintah ketua BEM, membuat proker yang sudah disinergiskan ke visi-misi ketua BEM dan bukan kepada ambisi departemennya. Yang terjadi saat ini adalah, kita atau sebagian besar dari pengurus BEM terlalu proker oriented.
Sekali lagi, apa yang membuat kita mempertahankan hal yang menurut kita baik namun, belum tentu menurut mereka baik.(hanya sebuah statmen, bisa jadi juga pertanyaan).


Scofield A.A

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar