PRAPROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA
SUB-MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia (KI504)
Dosen:
Prof. Dr. Liliasari, M.Pd
Dr. Hernani, M.Si

Oleh:
Astecia
Paramitha
0907036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Judul
Penelitian
Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA pada Sub-Materi Larutan Elektrolit
dan Non-Elektrolit
B.
Latar
Belakang
Dewasa ini, pendidikan merupakan hal
yang fundamental dalam kemajuan suatu bangsa. Pada dasarnya aktivitas belajar
mengajar yang merupakan salah satu upaya pendidikan guna mencetak
generasi-generasi penerus bangsa yang mempunyai pengetahuan-pengertahuan
aplikatif agar dapat berguna bagi banyak orang. Kedepannya, dalam era globalisasi ekonomi dan teknologi
informasi, akan banyak tuntutan dan kebutuhan utama terkait pengembangan SDM
(sumber daya manusia) yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan inovasi dan
kreativitas, membangun jaringan kerjasama, mengembangkan dan mendayagunakan
teknologi, dan mengelola dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki.
Hal ini juga diperkuat oleh Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa, kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.”
Oleh kerena itu, untuk
memenuhi tuntutan kualitas SDM, diperlukan suatu terobosan baru mengenai proses
belajar mengajar agar diperoleh efektifitas pembelajaran. Pada proses
permbelajaran, variabel yang menjadi fokus bukan hanya siswa yang menjadi
tujuan kepentingan siswa, melainkan guru itu sendiri. Bagaimana seharusnya guru
menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dan kondusif agar bukan hanya
terjadi proses transfer ilmu yang efektif melainkan juga menggali kemampuan
siswa untuk berfikir kritis dan bersikap ilmiah.
Bertolak dari hal
tersebut, diperlukan suatu pengembangan suatu pendekatan pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang dapat mendukung kemampuan berfikir kritis dan
menumbukan sikap ilmiah pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model belajar yang dibentuk dalam suatu kelompok
kecil dimana siswa bekerja sama dalam mengoptimalkan keterlibatannya dalam
anggota kelompoknya dalam belajar, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan,
dan adanya saling keteregantungan positif antara anggota kelompok. Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok. Model pembelajaran
kooperatif diyakini dapat memberi peluang
siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil
tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka sendiri (Gokhale, 1995:6). Meskipun model pembelajaran
kooperatif mengutamakan peran
aktif siswa bukan berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses
pembelajaran guru berperan sebagai perancang, fasilitaor dan pembimbing proses
pembelajaran. Salah satu tipe metode
pembelajaran kooperatif adalah group investigation, yaitu metode
pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para
siswa melilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 1997
: 120-121)
Belajar kooperatif dengan tipe GI sangat cocok dengan
untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin
dalam Rusman, 2010).
Secara mikroskopi, siswa seringkali kebingungan dalam
membedakan antara larutan elektrolit dan non-elektrolit. Materi ini lebih
didominasi oleh konsep dibandingkan dengan hitungan sehingga pemahaman mengenai
materi ini menjadi lebih sulit ketika logika berpikir guru tidak mempu
dijangkau oleh logika berpikir siswa. Dengan demikian, siswa perlu dituntun
untuk mencari konsepnya sendiri sesuai dengan logika berpikir siswa dengan
tidak keluar dari ranah materi yang ada. Sayangnya, kondisi kelas yang beragam
mengakibatkan guru sulit untuk menyamakan logika berpikir semua siswa. Dengan
demikian, perlu dilakukan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana
guru hanya sebagai fasilitator yang tetap menjaga pola pemahaman siswa tetap
berada pada jalur yang benar.
Pembelajaran kooperatif tipe group investigation
membimbing siswa untuk mencari konsepnya sendiri. Dengan demikian, siswa lebih
mudah memahami materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Oleh karna itu,
penulis mengajukan penelitian yang berjudul : “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation
untuk Meningkatkan kemampuan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA pada
Sub-Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diungkapkan
adalah “ Bagaimana Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Peningkatkan
kemampuan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA pada Sub-Materi Larutan
Elektrolit dan Non-Elektrolit?”
Agar
penetian lebih fokus, dari rumusan masalah pokok di atas, dapat dijabarkan
menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.
Bagaiman
langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe GI?
2.
Sejauh mana
pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh pada tingkat pemahaman kognitif
siswa mengenai materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
3.
Bagaimana respon siswa
terhadap pembelajaran kooperatif tipe GI?
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperaitf
tipe group investigation (GI) untuk
Meningkatkan kemampuan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA pada
Sub-Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Adapun tujuan lain dari penelitian
ini adalah:
1. Memberikan pembelajaran yang menarik
bagi siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga memudahkan siswa untuk
belajar.
2. Mengetahui alur dari proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa
terutaman dalam materi larutan elektroli dan non-elektrolit.
E. Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti, hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi serta gambaran tentang
peningkatan kemampuan berfikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA melalui metode pembelajaran kooperatif tipe yang dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif
dalam membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Bagi siswa, penerapan kooperatif
learning dapat memupuk percaya diri, kemandirian, kreativitas, memecahkan
masalah kerjasama, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, lingkungan dan
masyarakat. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah pada siswa.
Selain itu juga siswa dapat terbantu dalam mempelajari kimia dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe GI .
3. Bagi guru mata
pelajaran, dapat menambah pengetahuan mengenai strategi—strategi pembelajaran
baru dalam berbagai materi pembelajaran sehingga dapat diterapkan pada pokok bahasan
lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pembelajaran kooperatif tipe group investigation
a.
Pengertian pembelajaran kooperatif tipe group
investigation
Group Investigation (kelompok
investigasi) merupakan model
pembelajaran yang paling
kompleks dan paling
sulit untuk diterapkan, dikembangkan oleh
Shlomo dan Yael
Sharan di Universitas
Tel Aviv, merupakan perencanaan
pengaturan kelas yang
umum dimana para
siswa bekerja dalam kelompok
kecil menggunakan pertanyaan
kooperatif, diskusi kelompok,
serta perencanaan dan proyek
kooperatif Sharan and
Sharan, (Slavin, 2009).
Dalam metode ini, para siswa dikelompokkan dengan anggota antara lima
sampai enam orang.
Joyce dan
Weil (1980) menambahkan
bahwa “model pembelajaran GI
yang dikembangkan oleh Thelen
yang bertolak dari pandangan John Dewey dan Michaelis
yang memberikan pernyataan
bahwa pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya
mengajarkan demokrasi langsung”.
Group Investigation
memiliki akar filosofis,
etis, psikologi penulisan
sejak awal tahun abad
ini. Yang paling
terkenal di antara
tokoh-tokoh termuka dari orientasi pendidikan
ini adalah Jhon
Dewey. Group Investigation tidak akan dapat diimplementasikan
dalam lingkungan pendidikan
yang tidak mendukung
dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial
dari pembelajaran di kelas. Komunikasi
dan interaksi kooperatif diantara sesama
teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara
teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan.
Peran guru dalam group investigation adalah sebagai
pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing
dan memilah pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving atau
tugas (apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang terlibat?). Kedua,
tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga,
tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan
simpulan yang didapat).
Tujuan atau misi dari metode Group
Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan
perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa
ingin tau akademis. Aspek-aspek dari pengembangan diri merupakan hasil perkembangan
yang utama dari metode ini (Sutikno, 2003: 27)
b. Langkah-langkah
Pembelajaran Group Investigation (GI)
Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
·
Tahap Pengelompokan
(Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan
diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap
kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini:
1) siswa mengamati sumber, memilih topik,
dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan.
2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar
berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.
3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing
kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
Misalnya:
Dalam
sub pokok bahasan Ekologi, siswa mengamati gambar fenomena banjir.
Kemudian siswa menentukan kategori-kategori topic permasalahan yaitu menentukan
sebab akibat dari banjir. Selanjutnya, siswa bergabung pada kelompok-kelompok
belajar dan berdiskusi berdasarkan topik yang mereka pilih (dibimbing oleh
guru). Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi:
(a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih topik yang menarik untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan
topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki,
(b) Guru membatasi anggota kelompok 4 sampai 5 orang
dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu motivasi kepada siswa supaya
bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.
·
Tahap
Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan
tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan
tentang:
(1) Apa yang mereka pelajari?
(2) Bagaimana mereka belajar?
(3) Siapa dan melakukan apa?
(4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik
tersebut?
Misalnya pada topik Bahasan Ekologi, Siswa
belajar bagaimana cara mencegah dan mengatasi bencana banjir. Siswa belajar
dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, kemudian siswa
membagi tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi,
menyimpulkan hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas.
·
Tahap
Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation,
yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulkan
terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki
2) masing-masing
anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan
kelompok
3) siswa saling
bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan
ide dan
pendapat.
Misalnya: Siswa menemukan
cara-cara mencegah dan mengatasi bencana banjir. Kemudian siswa
mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumpulan informasi terkait
dengan topik bahasan yang diselidiki, dan siswa berdiskusi, mengklarifikasi
tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang
diselidiki.
·
Tahap
Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir.
Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut:
1) anggota kelompok
menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya
masing-masing
2) anggota kelompok
merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana
mempresentasikannya
3) wakil dari
masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas
dalam
presentasi investigasi.
Misalnya: Siswa menemukan bahwa sebab
dari bencana banjir yaitu membuang smpah sembarangan di sungai, penebangan liar
di hutan, dll., Kemudian siswa membagi tugas sebagai pemimpin,
moderator, notulis dalam presentasi investigasi.
·
Tahap
Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap
penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah
sebagai berikut:
(1) penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk
penyajian
(2) kelompok yang tidak sebagai
penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar
(3) pendengar mengevaluasi,
mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan
atau
tanggapan terhadap topik yang disajikan.
Misalnya: Siswa yang bertugas untuk
mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah
dilaksanakan, kemudian siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan
pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan,selanjutnya siswa mencatat
topik yang disajikan oleh penyaji.
·
Tahap
evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau
penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru
atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) siswa
menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan
yang telah
mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya
2) guru dan siswa
mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran
yang telah
dilaksanakan
3) penilaian hasil
belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Misalnya: Siswa merangkum dan
mencatat setiap topik yang disajikan, siswa menggabungkan tiap topik yang
diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, kemudian guru
mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.
c. Ciri khas Pembelajaran Group Investigation (GI)
1. Menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari
buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
2. Para siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok.
3. Keterlibatan
siswa secara aktif dimulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
4. Peran guru dalam group
investigation adalah sebagai pembimbing,
konsultan, dan memberi kritik yang
membangun.
2.
Keterampilan
Berpikir Kritis
Berpikir
merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam
pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir
adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui
transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental
seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Sedangkan
menurut Drever (Khodijah, 2006:117) Secara sederhana, berpikir adalah memproses
informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir
adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan
maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir
adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item.
(dalam Walgito, 1997 dikutip
Khodijah,2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan
seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah,
2006:117)
Dari pengertian
tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu :
a. berpikir
adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat
diperkirakan dari perilaku,
b. berpikir
merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam
sistem kognitif, dan
c. berpikir
diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada
solusi.
Menurut Halpen
(1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan
tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk
berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan
semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung
untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking,
sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Menurut Bloom, proses
berpikir kritis melibatkan evaluasi ide-ide, solusi-solusi, argument-argumen,
dan fakta-fakta. Facione juga menyatakan bahwa berpikir kritis bisa dipelajari,
diperkirakan, dan diajarkan. Sependapat dengan Facione, beberapa penulis
seperti Glazer, Primack, dan Wilson menyatakan bahwa nampak penting bagi kita
untuk tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga mengajarkan berpikir kritis
kepada orang lain (Filsaime, 2007). Lebih lanjut Whitehead (dalam Arifin et al., 2003) berpendapat bahwa hasil
yang nyata dalam pendidikan sebenarnya adalah proses berpikir yang diperoleh
melalui pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu.
Pendapat senada
juga dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan
rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis,
mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
mengevaluasi..
Penekanan kepada
proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis
yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1)..
Berpikir kritis
merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis
adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
Menurut Arnyana
dalam Suprapto (2007) Indikator-indikator keterampilan berpikir kritis
dibagi menjadi :
Tabel
I ndikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan
Berpikir Kritis (KBK)
|
Indikator
|
Merumuskan
masalah
|
Memformulasikan
pertanyaan yang mengarahkan investigasi
|
Memberikan
argument
|
·
Argumen sesuai dengan
kebutuhan
·
Menunjukkan persamaan
dan perbedaan
|
Melakukan
deduksi
|
·
Mendeduksi secara
logis
·
Menginterpretasi
secara tepat
|
Melakukan
induksi
|
·
Menganalisis data
·
Membuat generalisasi
·
Menarik kesimpulan
|
Melakukan
evaluasi
|
·
Mengevaluasi
berdasarkan fakta
·
Memberikan alternatif
lain
|
Mengambil
keputusan dan tindakan
|
·
Menentukan jalan
keluar
·
Memilih kemungkinan
yang akan dilaksanakan
|
2.
Larutan elektrolit dan
non-elektrolit
Larutan adalah campuran homogen dua
zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak
dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas dua komponen, yaitu komponen
zat terlarut dan pelarut.
Larutan dapat
digolongkan berdasarkan:
1.
Wujud pelarutnya; yaitu terdiri atas larutan cair (contoh: larutan gula,
larutan garam); larutan padat (contoh: emas 22 karat merupakan campuran homogen
antara emas dan perak atau logam lain); larutan gas (contoh: udara).
2.
Daya hantar listriknya; yaitu larutan elektrolit (dapat menhantarkan arus
listrik) dan larutan non-elektrolit (tidak dapat menghantarkan arus listrik).
Salah satu sifat larutan yang
penting ialah daya hantar listrik. Oleh karena itu kita akan membahas larutan
elektrolit dan non elektrolit. Sedangkan Elektrolit adalah zat yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutannya disebut larutan elektrolit.
1. Daya hantar listrik senyawa ion dan
senyawa kovalen polar
Daya hantar
listrik senyawa ion dan senyawa kovalen polar bergantung pada wujudnya.
a.
Senyawa ion
• Padatan: Tidak
dapat menghantarkan arus listrik. Sebab, dalam padatan, ionionnya tidak bergerak
bebas.
• Lelehan: Dapat
menghantarkan listrik. Sebab, dalam lelehan, ion-ionnya dapat bergerak relatif
lebih bebas dibandingkan ion-ion dalam zat padat.
• Larutan (dalam
pelarut air): Dapat menghantarkan listrik. Sebab, dalam larutan, ion-ionnya
dapat bergerak bebas.
b. Senyawa
Kovalen Polar:
• Padatan: Tidak
dapat menghantarkan listrik, karena padatannya terdiri atas molekul-molekul netral
meski bersifat polar.
• Lelehan: Tidak
dapat menghantarkan listrik, karena lelehannya terdiri atas molekul-molekul
netral meski
dapat bergerak bebas.
• Larutan (dalam
air) : Dapat menghantarkan listrik, karena dalam larutan molekul-molekulnya dapat
terhidrolisis menjadi ion-ion yang dapat bergerak bebas.
Daya hantar
listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya.
b. Elektrolit kuat dan elektrolit lemah
1. Elektrolit kuat, adalah zat elektrolit
yang terurai sempurna dalam air. Daya hantar listriknya relatif baik walaupun
konsentrasinya relatif kecil.
Tergolong elektrolit kuat yaitu:
1) Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3,
H2SO4, HNO3, dan lain-lain.
2) Basa-basa kuat, yaitu basa-basa
golongan alkali dan alkali tanah, seperti:
NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, dan
lain-lain.
3) Garam-garam yang mudah larut,
seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
2. Elektrolit lemah, adalah zat
elektrolit yang terurai sebagian membentuk ion-ionnya
dalam pelarut air. Contoh : asam lemah;
misalnya CH3COOH dan basa lemah
misalnya HNO3.
Tergolong elektrolit lemah yaitu:
a. Asam-asam lemah, seperti: CH3COOH,
HCN, H2CO3, H2S, dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti: NH4OH,
Ni(OH)2, dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti
: AgCl, CaCrO4, PbI2, dan lain-lain
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Prosedur Penelitian
1. Metode dan Desain Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen. Menurut Nazir,
(2003) metode eksperimen dilakukan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan
kontrol untuk perbandingan. Selain itu Sukardi, (2000) menyatakan bahwa metode
penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena
jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang
utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Secara garis besar metode
eksperimen dikelompokkan menjadi 3 yaitu : True experimental (Eksperimental sejati), Quasi
experimental (Eksperimental semu), dan Pre experimental
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experiment. Metode ini digunakan karena situasi kelas sebagai tempat
mengkondisi perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat
seperti dikehendaki dalam eksperimen sejati Oleh sebab itu perlu dicari atau
dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang
ada (Sudjana, 2001).
Desain yang digunakan adalah Pretes-Posttest
Control Design. dengan menggunakan dua kelompok subjek. Rancangannya sebagai berikut:
E
|
O1
|
X1
|
O2
|
C
|
O1
|
X2
|
O2
|
Keterangan:
E = Kelompok eksperimen.
C = Kelompok kontrol.
O1 = Pre-tes untuk
mengukur komponen awal siswa sebelum diberi perlakuan.
O2 = Post-tes untuk
mengukur komponen akhir siswa setelah diberi perlakuan.
X1 = Perlakuan dengan menggunakan
strategi jigsaw.
X2 = Tidak mendapat perlakuan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian adalah di salah satu SMU Negeri di Bandung.
3. Subjek Penelitian
Subjek
penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri di Bandung. Kelas yang digunakan
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol tidak diberi perlakuan
(pembelajaran secara kelompok) sedangkan kelas eksperimen diberi perlakuan
(pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI). Kelas yang
dipilih sebagai subjek penelitian adalah kelas yang dinilai ekivalen oleh guru
kimia kelas X di SMA yang bersangkutan yaitu kelas yang memiliki nilai
rata-rata ulangan kimia yang hampir sama (merata).
5. Instrumen Penelitian
Didalam
penelitian pendidikan, instrumen merupakan sarana utama untuk pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar observasi
Lembar
observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan model GI dan menerapkan pengembangan kemampuan
berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
b. Tes pretest dan post test
Pre-test dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan. Tujuan
dari pre-test ini adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan
pembelajaran. Post-tes dilakukan setelah pembelajaran. Tujuan post-tes ini
adalah untuk mengetahui keefektivitasan kedua metode pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit.
c. Angket
Angket ini digunakan untuk mengumpulkan informasi
terhadap manfaat dan tingkat ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran
yang digunakan. Instrumen yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan uraian
supaya siswa lebih mudah mengemukakan pendapatnya.
7. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan
data statistik.
a). Pengolahan Data Hasil Belajar
·
Hasil
Pretest & Postest
IPK= IPS =
%
|
(Panggabean, 1989)
Dimana : IPK=IPS= Indeks Prestasi Sampel
= Skor total
rata
SMI = Skor maksimum ideal
yaitu skor total jika semua soal dijawab
benar
Tabel Klasifikasi Indeks Prestasi Sampel
Kategori IPS
|
Interpretasi
|
90,00-100,00
|
Sangat Tinggi
|
75,00-89,99
|
Tinggi
|
55,00-74,99
|
Sedang
|
30,00-54,99
|
Rendah
|
0,00-29,99
|
Sangat Rendah
|
(Panggabean,
1989)
< g > =
|
(Pritchard et al, 2002)
Dimana : <g> = Skor gain ternormalisasi
T1’
= Skor postes
T1
= Skor pretes
Tmax = Skor ideal
Tabel Interpretasi Efektivitas Pembelajaran
Persentase
|
Efektivitas
|
0,00 < h ≤ 0,30
|
Rendah
|
0,30 < h ≤ 0,70
|
Sedang
|
0,70 < h ≤ 1,00
|
Tinggi
|
Ket : g = h
(Hake, 1998)
·
Aspek
Afektif dan Psikomotor
Pengubahan skor ke dalam persentase, berdasarkan rumus :
P =
|
Tabel Interpretasi Tingkat Keberhasilan Hasil Belajar
Persentase
|
Kategori
|
80 % atau lebih
|
Sangat baik
|
60% -79%
|
Baik
|
40%-59%
|
Cukup
|
21%-39%
|
Rendah
|
0%-20%
|
Rendah Sekali
|
(Ridwan,2000)
b). Pengolahan Data Hasil Penyebaran Angket
Pengolahan angket dengan rumus :
Xi =
|
(Suherman & Sukjaya, 1990)
Dimana : Xi = Presentase butir item angket
Tabel Interpretasi Angket
Besar Persentase
|
Interpretasi
|
0%
|
Tidak ada
|
1%-25%
|
Sebagian kecil
|
26%-49%
|
Hampir setengahnya
|
50%
|
Setengahnya
|
51%-75%
|
Sebagian besar
|
76%-99%
|
Pada Umumnya
|
100%
|
Seluruhnya
|
c). Pengolahan Data Hasil Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran
Data haisl observasi diolah dengan rumus berikut :
% =
|
Tabel Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran
Persentase
|
Kategori
|
80%-100%
|
Sangat baik
|
60%-79%
|
Baik
|
40%-59%
|
Cukup
|
21%-39%
|
Kurang
|
0%-20%
|
Sangat kurang
|
(Ridwan,2005)
B.
Waktu
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Waktu
pelaksanaan
|
||||||||||||||||||||||||
Bulan
pertama
|
Bulan
kedua
|
Bulan
ketiga
|
Bulan
keempat
|
Bulan
kelima
|
||||||||||||||||||||||
minggu
ke-
|
||||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Studi pendahuluan tentang pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit
|
|||||||||||||||||||||||||
2.
|
Pembuatan Instrumen
|
|||||||||||||||||||||||||
3.
|
Uji coba dan revisi
|
|||||||||||||||||||||||||
4.
|
Pemberian Pretes
|
|||||||||||||||||||||||||
5.
|
Pembelajaran dikelas eksperimen
|
|||||||||||||||||||||||||
6
|
Pemberian angket dan wawancara
|
|||||||||||||||||||||||||
7.
|
Pemberian Postes
|
|||||||||||||||||||||||||
8.
|
Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif
|
|||||||||||||||||||||||||
9.
|
Penarikan kesimpulan
|
|||||||||||||||||||||||||
10.
|
Pembuatan laporan
|
|||||||||||||||||||||||||
11.
|
Penyempurnaan Laporan
|
|||||||||||||||||||||||||
12.
|
Penggandaan Laporan
|
|||||||||||||||||||||||||
C.
Instrumen
dan Data
No
|
Jenis Instrumen
|
Jenis Data yang
Diperoleh
|
Sumber Data
|
Keterangan
|
1.
|
Tes
tertulis
|
Nilai
Siswa
|
Siswa
|
Dilakukan
sebelum dan setelah pembelajaran
|
2.
|
Angket
|
Tanggapan
dari siswa
|
Siswa
|
Dilakukan
setelah pembelajaran
|
3.
|
Wawancara
|
Tanggapan
dari siswa
|
Siswa
|
Dilakukan
setelah pembelajaran
|
D.
Daftar Pustaka
Arifin, M, dkk.
(2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung
: FPMIPA UPI.
Dahar, R.W.
(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta
: Erlangga.
Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : PT. RajaGapindo Persada.
Sugiyono.
(2002). Statistika untuk penelitian.
Bandung : CV. Alfabeta
Rose,
Alifah.2011. Model Pembelajaran Kooperatif. [on-line]. Tersedia : http://alifah-daigakusei.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html
[4 April 2012]
Sudrajat,
Akhmad.2009. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. [on-line].
Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/ [4 April 2012]
0 komentar:
Posting Komentar