Kau percaya, bahwa jodoh kita sudah ditentukan jauh sebelum
kita ada di dunia ini. Nama pangeran atau bidadari kita, sudah tertulis dalam
sebuah kitab yang amat termasyur di lauhul mahfudz. Itulah bukti adil Allah
pada semua hambaNya.
Mungkin
kau sudah lelah menantinya, atau kau tak sabar lagi ingin bertemu dengannya,
atau lebih parahnya kau putus asa dengan segala yang pernah terjadi dalam
hidupmu. Tapi, kau mesti ingat satu hal, bahwa Allah yang telah merangcang
sebuah puzzle kehidupan untukmu. Puzzle besar yang penuh dengan berbagai macam
rasa, puzzle yang diisi oleh berbagai macam orang yang mengisi kehidupanmu. Setiap hari, kau diberi satu
kepingan. Satu kepingan kosong. Lalu kepingan itu kau gambar dengan pensil sesuai apa yang kau kehendaki. Lalu pada malam
harinya, menjelang penutup hari, kau serahkan potongan tersebut kepada Allah.
Saat kau tertidur, Allah mengambil potongan puzzle yang telah kau gambar. Ada
masanya, saat potongan puzzle tersebut kau gambar dengan baik, Allah
mewarnainya sehingga lebih indah. Tapi tak jarang pula, potongan puzzle yang
kau gambar begitu buruk hingga seringkali Allah menghapusnya dan menggambar
sesuatu yang lebih baik dan Ia pun mewarnainya hingga menjadi potongan puzzle
yang sebenarnya indah jika disatukan dengan potngan lainnya. Namun seringkali
kau marah, kau menangis karena kau menemukan bahwa potongan puzzle yang kau
gambar ternyata berubah, tak lagi sesuai dengan apa yang kau gambar. Kau
mengaku kecewa, kau mengaku sakit hati. Padahal sesungguhnya kau tak pernah tau
apa-apa yang terbaik untukmu.
Puzzle
yang kita gambar setiap harinya adalah perilaku kita sehari-hari. Kita sering
kali merancang sesuatu, namun ternyata kita tak pernah bisa merancangnya, karna
kita bukanlah arsitek takdir. Ada yang lebih hebat dar kita dalam merancang
sebuah puzzle takdir utuh yang indah. Dia lah Allah. Arsitek
terindah selamanya. Tak ada yang bisa mengalahi indahnya rancanganNya.
hari ini, aku mulai tau sesuatu. Kau tau, bahwa jika memang jodoh kita kuat,
bumi dan seluruh isinya menghalangi pun tak mampu untuk memisahkannya. Begitu
pula sebaliknya. Jika memang jodoh kita tak kuat, maka sekuat apapun upaya bumi
dan seluruh isinya untuk mendekatkan, tak akan pernah berhasil. Tangan Allah
terlalu kuat dan tak ada satupun yang bisa menandinginya.
Sebenarnya,
apa yang kita risaukan? Bila tiba masanya, masa bahagia itu pasti datang dan
masa penantian itu pasti akan berakhir juga. Barangkali sebenarnya cinta kita
belum ikhlas. maka kesulitan, keresahan dan rasa tidak terima serta sabar itu
bertamu dalam sebuah ruang dalam hati kita. Itulah ia ruang kegelisahan yang
mendalam.
Apa
yang kita khawatirkan? Bukankah semuanya sudah tertata dalam rapih? Kita tahu
betul hal itu dan seringkali mengakuinya. Namun semua itu hanyalah dusta belaka
karna keridhoan kita akan takdir Allah seringkali sebatas pura-pura.
berdoalah kepada Allah :
"Allah, aku tak menginginkan seseorang yang sempurna.
Aku hanya berharap dapat bertemu dengan seseorang yang
sekiranya dapat aku 'sempurnakan'.
Seseorang yang membutuhkan doa ku untuk kehidupanya.
Seseorang yang membutuhkan sokonganku dalam setiap
permasalahannya.
Seseorang yang menginginkan aku sebagai penghapus air
matanya.
Aku berharap pula dapat menemaninya saat hatinya gelisah.
Saat ia tengah lelah karna rutinitas duniawi yang
melelahkan.
Aku mengingikan dapat merawat orangtua nya saat sakit
sebagaimana orangtuanya menjaganya saat ia kecil. Orang tua yang telah
menjaganya hingga ia besar dan ia menjadi milikku.
Besarkah permintaanku wahai Tuhan?
Aku akan menunggu dan ku harap cintaMu mengiringi ku dalam
penantian panjang ini."

1 komentar:
Ka Acha bagus deh tulisannya.. Terus nulis yaa, barangkali bisa dibukuin pake judul La Tahzan For Galau People.. X)
Posting Komentar