Jumat, 11 Mei 2012

Sepotong puzzle milik tuhan


Kau percaya, bahwa jodoh kita sudah ditentukan jauh sebelum kita ada di dunia ini. Nama pangeran atau bidadari kita, sudah tertulis dalam sebuah kitab yang amat termasyur di lauhul mahfudz. Itulah bukti adil Allah pada semua hambaNya.
                Mungkin kau sudah lelah menantinya, atau kau tak sabar lagi ingin bertemu dengannya, atau lebih parahnya kau putus asa dengan segala yang pernah terjadi dalam hidupmu. Tapi, kau mesti ingat satu hal, bahwa Allah yang telah merangcang sebuah puzzle kehidupan untukmu. Puzzle besar yang penuh dengan berbagai macam rasa, puzzle yang diisi oleh berbagai macam orang yang mengisi  kehidupanmu. Setiap hari, kau diberi satu kepingan. Satu kepingan kosong. Lalu kepingan itu kau gambar dengan pensil  sesuai apa yang kau kehendaki. Lalu pada malam harinya, menjelang penutup hari, kau serahkan potongan tersebut kepada Allah. Saat kau tertidur, Allah mengambil potongan puzzle yang telah kau gambar. Ada masanya, saat potongan puzzle tersebut kau gambar dengan baik, Allah mewarnainya sehingga lebih indah. Tapi tak jarang pula, potongan puzzle yang kau gambar begitu buruk hingga seringkali Allah menghapusnya dan menggambar sesuatu yang lebih baik dan Ia pun mewarnainya hingga menjadi potongan puzzle yang sebenarnya indah jika disatukan dengan potngan lainnya. Namun seringkali kau marah, kau menangis karena kau menemukan bahwa potongan puzzle yang kau gambar ternyata berubah, tak lagi sesuai dengan apa yang kau gambar. Kau mengaku kecewa, kau mengaku sakit hati. Padahal sesungguhnya kau tak pernah tau apa-apa yang terbaik untukmu.
                Puzzle yang kita gambar setiap harinya adalah perilaku kita sehari-hari. Kita sering kali merancang sesuatu, namun ternyata kita tak pernah bisa merancangnya, karna kita bukanlah arsitek takdir. Ada yang lebih hebat dar kita dalam merancang sebuah puzzle takdir utuh yang indah. Dia lah Allah. Arsitek terindah selamanya. Tak ada yang bisa mengalahi indahnya rancanganNya.
             
                 hari ini, aku mulai tau sesuatu. Kau tau, bahwa jika memang jodoh kita kuat, bumi dan seluruh isinya menghalangi pun tak mampu untuk memisahkannya. Begitu pula sebaliknya. Jika memang jodoh kita tak kuat, maka sekuat apapun upaya bumi dan seluruh isinya untuk mendekatkan, tak akan pernah berhasil. Tangan Allah terlalu kuat dan tak ada satupun yang bisa menandinginya.
                Sebenarnya, apa yang kita risaukan? Bila tiba masanya, masa bahagia itu pasti datang dan masa penantian itu pasti akan berakhir juga. Barangkali sebenarnya cinta kita belum ikhlas. maka kesulitan, keresahan dan rasa tidak terima serta sabar itu bertamu dalam sebuah ruang dalam hati kita. Itulah ia ruang kegelisahan yang mendalam.
                Apa yang kita khawatirkan? Bukankah semuanya sudah tertata dalam rapih? Kita tahu betul hal itu dan seringkali mengakuinya. Namun semua itu hanyalah dusta belaka karna keridhoan kita akan takdir Allah seringkali sebatas pura-pura.
berdoalah kepada Allah :
"Allah, aku tak menginginkan seseorang yang sempurna.
Aku hanya berharap dapat bertemu dengan seseorang yang sekiranya dapat aku 'sempurnakan'.
Seseorang yang membutuhkan doa ku untuk kehidupanya.
Seseorang yang membutuhkan sokonganku dalam setiap permasalahannya.
Seseorang yang menginginkan aku sebagai penghapus air matanya.
Aku berharap pula dapat menemaninya saat hatinya gelisah.
Saat ia tengah lelah karna rutinitas duniawi yang melelahkan.
Aku mengingikan dapat merawat orangtua nya saat sakit sebagaimana orangtuanya menjaganya saat ia kecil. Orang tua yang telah menjaganya hingga ia besar dan ia menjadi milikku.
Besarkah permintaanku wahai Tuhan?
Aku akan menunggu dan ku harap cintaMu mengiringi ku dalam penantian panjang ini."

1 komentar:

Aang Noviyana Umbara mengatakan...

Ka Acha bagus deh tulisannya.. Terus nulis yaa, barangkali bisa dibukuin pake judul La Tahzan For Galau People.. X)

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar